Imbas kasus korupsi dan doping, kuota kelas angkat besi di Olimpiade 2024 dipangkas. PB PABSI ikut merespons keputusan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, International Olympic Committee (IOC) mengurangi kuota event cabor angkat besi di Olimpiade empat tahun mendatang.
Mereka mengurangi empat event dengan kuota 120 atlet per jenis kelamin sebagai respons atas banyaknya kasus yang terjadi pada cabang olahraga tersebut. Persoalan itu meliputi korupsi, tata kelola organisasi yang buruk, hingga kasus doping yang dilakukan atlet dari negara peserta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi itu, PABSI menyambut positif keputusan tersebut. "Kami siap menghadapi ketentuan tersebut mengingat memang proses angkat besi sejak 18 tahun terakhir banyak kasus dopingnya dan ini cukup mengganggu cabor tersebut," kata Kepala bidang Pembinaan Prestasi Olahraga PABSI, Hadi Wihardja, kepada detikSport, Rabu (9/12/2020).
Keputusan ini, sebut Dirdja, lebih baik daripada cabor angkat besi dicoret dari multiajang olahraga terbesar empat tahunan tersebut. Sebelumnya sempat muncul kabar angkat besi bakal dihapus dari Olimpiade jika tidak ada perbaikan dari organisasinya.
"Kami sangat berterima kasih dengan tetap adanya angkat besi di Olimpiade dan perbaikan sistem dari IWF guna meminimalisir munculnya kasus serupa terjadi di Olimpiade mendatang," ujarnya.
Menyoal potensi kelas-kelas kecil yang akan dihapus, Hadi tidak ingin berspekulasi. Merujuk IWF.net, negara-negara Asia sangat mendominasi 10 besar dunia, khususnya di kelas-kelas ringan. Sedangkan tim Amerika dan Eropa paling banyak di kelas berat.
"Tentu ini akan dirapatkan di IWF (soal kelas-kelasnya) pada Desember 2021. Yang pasti perlu kesetaraan kelas dan keadilan yang sesuai dengan Olympic Charter," Hadi mengharapakan.
"Kami juga akan terus berjuang meskipun tidak semudah yang diharapkan karena di Rio de Janeiro 14 kelas, lalu diputuskan 2021 akan ada 10 kelas. Kami PABSI tetap berjuang untuk meneruskan tradisi merebut medali di Olimpiade," kata dia menambahkan.
(mcy/cas)