Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menjadikan ajang Olimpiade sebagai target dan prestasi tertinggi untuk atlet Indonesia. Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Chandra Bhakti pun menyampaikan atlet yang berprestasi di Olimpiade layak mendapat penghargaan yang tinggi dan menjadi konsentrasi penuh Kemenpora.
Guna mendukung hal ini, Kemenpora telah menyelesaikan Grand Desaign Keolahragaan Nasional yang akan menjadi fondasi bagi atlet Indonesia menuju prestasi dunia.
"Bagi saya, prestasi atlet Indonesia di Olimpiade adalah investasi negara, karena untuk bisa menuju ke sana melalui proses yang cukup berat. Oleh karenanya, pemerintah dalam hal ini Kemenpora akan terus komitmen untuk mendukung atlet Indonesia menuju prestasi Olimpiade," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan pada acara 'Media Gathering Kemenpora 2021: Indonesia Menuju Olimpiade Tokyo' di Jakarta, Selasa (4/5).
Chandra menjelaskan bahwa pihaknya akan menegaskan pemerintah untuk tetap memberikan bonus untuk atlet peraih emas Olimpiade Tokyo 2020. Pemerintah bahkan memastikan nilai bonus sebesar tidak akan berkurang dari Olimpiade sebelumnya. Hal ini mengingat pemerintah memiliki komitmen besar untuk prestasi olahraga di Indonesia.
"Ukurannya meraih prestasi itu tak mudah. Perunggu atau perak saja sulit, apalagi emas. Jadi bonusnya tak akan lepas dari nilai Rp 5 miliar itu, bahkan biasanya diberikan sebelum keringat atlet kering, tidak menunggu lama-lama," paparnya.
Soal usulan anggarannya, Chandra mengatakan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) lah yang harus mengajukan. Meskipun secara teknis hal tersebut diajukan dari Chef de Mission kontingen Indonesia.
"Tapi kembali lagi ketika proposal masuk akan ada review dan seleksi untuk melihat apa yang diajukan. Apakah sudah rasional atau belum, dan memenuhi kebutuhan tidak karena bagaimana pun keselamatan harus dijaga," jelasnya.
"Jadi terkait anggaran mungkin akan mengalami perubahan tapi berapa jumlahnya belum bisa saya sebutkan karena masih menunggu proposal dari KOI masuk. Sebab, sampai sekarang pun belum ada. Jadi belum bisa dipastikan berapa jumlahnya," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mengajukan proposal. Pasalnya, kualifikasi Olimpiade masih berjalan hingga akhir Juni mendatang.
"Kita tidak bisa mengajukan sekarang karena per hari ini yang terkualifikasi baru lima atlet. Enggak mungkin kita mengajukan dengan jumlah tersebut. Jadi menunggu semua sudah terkualifikasi dulu," pungkas Okto.
Sebagai informasi, terkait Olimpiade di Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus mendatang, Indonesia telah memastikan empat tiket Olimpiade. Dua nomor dari cabang panahan disiplin cabang recurve perorangan. Pada Olimpiade di Tokyo, sprinter Lalu Muhammad Zohri akan mewakili cabang atletik, serta Vidya Rafika Rahmatan Toyyiban mewakili cabang menembak.
Selain itu, angkat besi telah mengamankan dua lifternya meskipun belum ada pengumuman resmi dari International Weightlifting Federation (IWF) karena penutupan kualifikasi berakhir Mei. Keduanya adalah Eko Yuli Irawan (61 kg putra) dan Windy Cantika (49 kg putri).
Di sisi lain, bulutangkis telah mengamankan tujuh wakil potensialnya menuju Tokyo antara lain, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie, tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung, ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu, ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, serta ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Ke depan, Indonesia masih berpeluang menambah wakil-wakil lainnya menuju Olimpiade di Tokyo.
Simak video 'Jokowi Minta Menpora Godok Target Indonesia Tuan Rumah Olimpiade 2032':