Olimpiade Tokyo 2020 diklaim menjadi ajang yang ramah lingkungan. Tapi jargon itu dipertanyakan mengingat masih banyak ikan paus yang terbunuh di Jepang.
Jepang, selaku tuan rumah Olimpiade 2020, jauh-jauh hari sudah mengampanyekan program ramah lingkungan. Ada beberapa 'upaya penghijauan' yang coba ditunjukkan di ajang multievent tersebut.
Pada 2019, panitia Olimpiade 2020 memperkenalkan medali yang ramah lingkungan. Medali para pemenang Olimpiade Tokyo terbuat dari sampah elektronik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Cnet, sebanyak 5.000 medali emas, perak, dan perunggu untu Olimpiade Tokyo 2020, dibuat dari 80 ribu ton sampah eletronik. Panitia menggalang barang elektronik bekas seperti telepon seluler dan barang lainnya dari warga Jepang. Penggalangan mulai dilakukan sejak Februari 2017.
![]() |
"Kami berharap proyek untuk mendaur ulang sedikit penggunaan elektronik dan upaya kami berkontribusi pada masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan akan menjadi warisan Olimpiade Tokyo 2020," demikian pernyataan panitia penyelenggara Tokyo 2020.
Medali tersebut disimbolkan sebagai energi para atlet serta keberagaman di dalam pertandingan. Tokyo 2020 juga berusaha memberi pesan, di mana medalinya bisa menjadi 'cahaya persahabatan yang hangat'
Desain medali juga mewakili budaya Jepang, dengan pita yang memperlihatkan ichimatsu moyo modern (pola kotak-kotak) dan kasane no irome (teknik pelapisan kimono). Warna Tokyo 2020 ditambahkan ke pita melalui serat poliester daur ulang, yang diklaim lebih ramah kimia co2.
Kemudian, semua kendaraan yang mendukung transportasi adalah kendaraan listrik. Belum sampai di situ, panitia juga memperkenalkan podium yang terbuat dari plastik daur ulang, tempat makan dari wadah kertas daur ulang, dan terakhir, kostum pembawa api Olimpiade yang juga terbuat dari plastik daur ulang botol Coca-Cola.
Jepang sebagai Negara Pembunuh Paus
Namun, tetap ada sorotan soal jargon ramah lingkungan di Olimpiade Tokyo 2020. Jepang dianggap sebagai negara 'pembunuh' paus-paus di lautan.
Dilansir Independent, para konservasionis menulis surat kepada Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, yang isinya memperingatkan soal kegiatan penangkapan paus.
Surat tersebut, yang dikirim dari enam organisasi lingkungan yakni Humane Society International, Konservasi Paus dan Lumba-lumba, Badan Investigasi Lingkungan, Four Paws, Animal Welfare Institute dan Orca Charity, menyebut paus menjadi bagian penting dalam menjaga krisis lingkungan. Maka ironi ketika Jepang tetap terus membunuh paus, sekaligus mengampanyekan 'Olimpiade yang hijau' di Tokyo.
![]() |
"Salah satu cara mereka [paus] melakukan ini [menjaga lingkungan], adalah ketika mereka makan di kedalaman dan kemudian buang air besar di dekat permukaan air. Mereka menyediakan nutrisi penting untuk plankton tanaman, atau fitoplankton, yang tumbuh di perairan atas yang diterangi matahari," kata surat itu.
"Secara global, fitoplankton menyerap hingga 35 persen dari semua karbon dioksida antropogenik yang dihasilkan," tambah surat itu.
Pada tahun 2019, Jepang melanjutkan praktik tersebut. Mereka tetap memburu paus, setelah membatalkan larangan Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional (IWC), terkait penangkapan ikan berlebihan selama beberapa dekade yang mendorong populasi paus di ambang kepunahan.
Jepang membenarkan perburuan paus tahunannya atas nama "perburuan ilmiah'. Pada 2019, paus yang terbunuh mencapai 331, dan diprediksi jumlahnya sama setahun berselang.
![]() |
"Kami berada pada momen penting dalam upaya global kami untuk mencegah kerusakan iklim bencana, dan acara internasional tingkat tinggi seperti Olimpiade menyediakan platform penting untuk mempromosikan perlindungan lingkungan," kata IWC.
"Sebagai salah satu dari sedikit negara di dunia yang terus terlibat dalam praktik perburuan paus komersial yang kejam dan tidak berkelanjutan, Jepang tidak dapat memenangkan emas untuk lingkungan sampai komitmennya meluas ke lautan juga."
"Membunuh paus tidak hanya menyebabkan penderitaan hewan yang luar biasa, tetapi juga membunuh beberapa penjaga lingkungan terpenting di planet kita," jelasnya.
Olimpiade Tokyo 2020 digelar mulai 23 Juli 2021, mundur setahun dari agenda semula akibat pandemi virus corona. Dengan masih maraknya perburuan paus, apakah benar Olimpiade Tokyo 2020 masih ramah lingkungan?
(yna/mrp)