Eko Yuli Irawan tercatat sebagai satu-satunya atlet yang konsisten menyumbang medali untuk Merah Putih di Olimpiade. Bahkan di tiga kelas berbeda, mantap!
Sejak keikutsertaannya di cabor angkat besi Olimpiade Beijing 2008, Eko berhasil menyumbang medali perunggu di kelas 56 kg. Saat itu ia mencatatkan angkatan total 288 kg dengan rincian 130 kg angkatan snatch dan 158 kg angkatan clean and jerk.
Empat tahun berikutnya, Eko kembali membuktikan sebagai atlet yang mampu diandalkan. Meskipun naik ke kelas 62 kg, dia kembali menyumbang medali perunggu. Dia mencatatkan angkatan total terbaik 317 kg (snacth 145 kg dan 172 kg untuk angkatan clean and jerk).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kalah dari lifter Korea Utara Kim Un-guk yang mampu meraih medali emas usai membukukan angkatan total 327 kg. Sedangkan medali perak diraih lifter Kolombia, Oscar Figueroa yang berhasil mencatatkan total angkatan yang sama dengan Eko, yaitu 317 kg.
![]() |
Meskipun meraih medali perunggu, Eko Yuli Irawan pantang patah semangat. Dia kembali menjadi andalan Indonesia untuk meraih medali di Olimpiade. Hal itupun dibuktikannya dengan meraih medali perak di kelas yang sama pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Padahal, saat itu ia tengah dibekap cedera lutut kanan.
Eko membuktikan cedera bukan halangan dan dia mampu menempati peringkat dua usai mengangkat angkatan total 312 kg, dengan rincian 142 kg untuk angkatan snatch dan 170 kg untuk angkatan clean and jerk.
![]() |
Baca juga: Tolong Jangan Minta Maaf, Eko Yuli |
Memasuki persiapan Olimpiade Tokyo 2020, Eko diadang banyak tantangan. Selain latihan yang harus bersanding dengan pandemi COVID-19, faktanya lifter kelahiran Lampung itu juga dihadapkan pada persoalan internal kepengurusan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI).
Atlet kelahiran 24 Juli 1989 ini sempat bersoal dengan PB PABSI lantaran keinginannya untuk dilatih oleh Lukman dibatalkan sepihak. Puncaknya, Eko memutuskan meninggalkan Pelatnas Kwini, Jakarta, dan memilih berlatih mandiri.
Tapi Eko berhasil membuktikan dirinya menjadi atlet yang profesional. Di tengah tantangan itu, Eko mampu mempertahankan posisinya di peringkat dua klasemen road to Tokyo.
Sebelum akhirnya, dia berangkat dan kembali mempersembahkan medali perak di kelas 61 kg. Medali keempat sepanjang kariernya mengikuti Olimpiade. Dia cuma kalah dari lifter China, Li Fiban, yang berhasil meraih emas setelah membukukan angkatan 313 kg. Sementara Eko harus puas di total angkatan 302 kg (137 kg snatch dan 165 kg clean and jerk).
Dengan medali perak itu, dia bukan hanya menyamai prestasi yang diraih pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Tetapi, Eko Yuli Irawan juga mencatat sejarah satu-satunya atlet Indonesia yang meraih medali pada empat penampilan beruntun di Olimpiade.
Selamat, legenda!
(mcy/aff)