Menguak Tradisi Atlet Olimpiade Gigit Medali

Menguak Tradisi Atlet Olimpiade Gigit Medali

Afif Farhan - Sport
Selasa, 27 Jul 2021 07:00 WIB
Tokyo -

Di ajang Olimpiade, ada kebiasaan atlet menggigit medalinya ketika berpose di atas podium. Ada tradisi dan sejarah di baliknya lho!

Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung dari 23 Juli sampai 8 Agustus mendatang. Di tengah pandemi, para atlet akan berjuang demi mengharumkan nama negara dengan meraih medali.

Walau tanpa penonton, tensi pertandingan di Olimpiade tetaplah menegangkan dari awal sampai akhir. Pun ketika sang atlet mampu memenangi laga dan jadi juara, air mata akan tumpah di podium juara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu hal yang selalu dilakukan para atlet ketika dikalungi medali adalah menggigit medali itu kemudian. Tentu, sudah banyak kita temui hal seperti itu di cabang olahraga manapun baik di Olimpiade sampai ke kompetisi-kompetisi sepakbola di dunia.

Namun tahukah kamu, rupanya ada sejarah panjang soal tradisi menggigit medali!

ADVERTISEMENT
ATHENS - AUGUST 28:  Hans Peter Steinarcher (left) and Roman Hagara of Austria receive the gold medals for the open multihull tornado event on August 28, 2004 during the Athens 2004 Summer Olympic Games at Agios Kosmas Olympic Sailing Centre in Athens, Greece. (Photo by Ben Radford/Getty Images)Pose gigit medali yang dilakukan atlet Olimpiade dari dulu hingga kini. (Getty Images/Ben Radford)

Dilansir dari media Inggris, Metro tradisi atlet menggigit medali sudah berlangsung sejak lama. Khususnya di tahun 1896, ketika Olimpiade modern dilakukan pertama kali dan menggunakan medali sebagai simbol juara.

Medali perak menjadi simbol juara kala itu sebagai juara pertama, dengan medali perunggu sebagai juara kedua. Barulah di tahun 1904, medali emas dikukuhkan sebagai simbol juara pertama.

Tradisi menggigit medali dimulai kala medali emas diberlakukan. Alasan utamanya, ternyata bukan dari dunia olahraga.

Di zaman dulu, para pedagang akan menggigit emas untuk mengetahui apakah emas itu asli atau sudah dicampur bahan lain. Kalau emas asli, bakal ada bekas gigitan karena emas konturnya lebih lembut dan lebih mudah dibentuk dibanding logam yang lain.

LONDON, ENGLAND - AUGUST 02:  Ilaria Salvatori, Arianna Errigo, Valentina Vezzali and Elisa Di Francisca of Italy celebrate with their gold medals during the medal ceremony after the Women's Foil Team Fencing gold medal match on Day 6 of the London 2012 Olympic Games at ExCeL on August 2, 2012 in London, England. Russia won silver and Korea won bronze.  (Photo by Hannah Peters/Getty Images)Menggigit medali jadi salah satu tradisi yang dilakukan para atlet di event olahraga manapun. (Getty Images/Hannah Peters)

Namun seiring berjalan waktu, menggigit medali di podium sudah jadi gaya tersendiri. Bahkan ketika era fotografi mulai berkembang, menggigit medali jadi pose wajib yang dilakukan para atlet.

Apalagi, medali emas di Olimpiade kini bukanlah murni dari emas. Bahan pembuatannya adalah mengandung minimal enam gram emas dan 92,5% perak.

"Menggigit medali adalah suatu bidikan ikonik bagi para fotografer dan jadi suatu nilai yang bisa dijual," kata David Wallechinsky, selaku Presiden International Society of Olympic Historians.

"Para atlet sejatinya tidak akan terpikirkan suatu pose di atas podium mengingat mereka dipenuhi rasa emosional setelah bertanding. Ketika di podium dan memamerkan medali, maka para fotografer yang bekerja dan itu akan memanjakan mata para penggemar," tutupnya.

BEIJING - AUGUST 16:  Hendra Setiawan (L) and Markis Kido of Indonesia bite their gold medals in the men's doubles badminton gold medal match at the Beijing University of Technology Gymnasium on Day 8 of the Beijing 2008 Olympic Games on August 16, 2008 in Beijing, China.  (Photo by Lars Baron/Getty Images)Pose gigit medali ala Hendra Setiawan dan mendiang Markis Kido ketika memenangi medali emas di Olimpiade 2008 Beijing. (Lars Baron/Getty Images)
(aff/krs)

Hide Ads