Menpora Janjikan Atlet Peraih Medali Olimpiade Jadi ASN-TNI/Polri

Menpora Janjikan Atlet Peraih Medali Olimpiade Jadi ASN-TNI/Polri

Angga Laraspati - Sport
Selasa, 27 Jul 2021 13:50 WIB
1.

Menpora Janjikan Atlet Peraih Medali Olimpiade Jadi ASN-TNI/Polri

Menpora Janjikan Atlet Peraih Medali Olimpiade Jadi ASN-TNI/Polri
Foto: Kemenpora
Jakarta -

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengungkapkan bentuk dukungan dan apresiasi pemerintah kepada para atlet peraih medali Olimpiade tak hanya memberikan bonus.

Pemerintah juga akan membuka peluang untuk mengangkat mereka sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil dan anggota Polri/TNI sebagai jaminan kehidupan mereka jangka panjang.

"Pengalaman di Asian Games yang lalu, bagi mereka yang misalnya memilih jalur untuk ASN atau PNS kita fasilitasi. Hampir 300 orang (atlet jadi PNS) yang ada di tempat saya di Kemenpora dan tempat-tempat lainnya," ujar Amali dalam keterangan tertulis, Selasa (27/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menpora juga menuturkan TNI-Polri juga siap menerima para atlet-atlet Olimpiade yang sudah berjuang ini. Karena, lanjut Amali, menurut mereka, para atlet adalah pahlawan olahraga yang membawa harum nama bangsa dan negara.

"Jadi perhatian kita, apresiasi dan penghargaan pasti pemerintah tidak tinggal diam. Pasti ada dan bukan hanya untuk sesaat tetapi untuk long time untuk mereka supaya ada jaminan di dalam kehidupan mereka," kata Amali.

ADVERTISEMENT

Selain apresiasi buat peraih medali Olimpiade, pemerintah juga akan membuat training camp berstandar internasional di Cibubur, Jakarta Timur, bagi para atlet untuk dilakukan pembinaan jangka panjang. Hal ini sejalan dengan Grand Design Olahraga Nasional yang telah disusun pemerintah bersama akademisi dan praktisi olahraga di berbagai perguruan tinggi.

"Tentu ini suatu bentuk perhatian pemerintah supaya mereka terpusat di dalam satu tempat latihan dan mereka akan diberikan fasilitas, baik untuk dirinya, kalau dia sekolah untuk sekolahnya," ujar Amali.

Pemerintah selama ini juga sudah memberikan dukungan penuh selama mereka di pusat pelatihan nasional (Pelatnas). Di tempat ini, semua kebutuhan dan fasilitas dipenuhi pemerintah.

"Pelatihan-pelatihan selama ini pemerintah semuanya memfasilitasi termasuk pemberangkatan mereka (ke Tokyo)," urai Menpora.

Baca halaman selanjutnya soal grand design olahraga nasional..

Grand Design Olahraga Nasional juga mengatur pembinaan atlet dari usia dini dan menyiapkan atlet berprestasi di tingkat olimpiade. Karena Olimpiade menjadi target utama, sementara Asian Games dan SEA Games hanya menjadi target antara.

Sehingga, lanjut Amali, setiap Olimpiade ditargetkan ada peningkatan ranking, misalnya pada Olimpiade Rio De Janeiro Indonesia berada diurutan 46 maka Olimpiade Tokyo diharapkan menempati posisi 40, Kemudian Olimpiade 2024 di Paris, Olimpiade 2028 di Los Angeles dan seterusnya hingga 100 tahun Indonesia merdeka atau Olimpiade 2044.

"Jadi setiap empat tahun kita menaikkan target kita, karena apa? Di dalam Grand Design Olahraga Nasional itu semuanya kita mendesain prestasi jadi nggak boleh lagi kita membuat prestasi itu by accident, asal nemu, sudah tidak bisa. Kita harus memang benar-benar kita persiapkan dan sekarang ini kita sedang mempersiapkan satu training camp yang berstandar internasional yakni di Cibubur," ujar Amali.

Menurut Amali, ada 14 cabang olahraga unggulan dan 2 cabang olahraga yang disukai masyarakat yakni sepak bola dan bola voli. Kedua olahraga ini akan melakukan pusat pelatihannya di training Camp.

"Kecuali yang misalnya seperti Dayung, mereka (pusat latihan) punya sendiri. Kemudian Bulutangkis juga belum punya itu akan kita tempatkan camp di sana. Semuanya kita lengkapi termasuk sekolahnya, termasuk untuk sport sciencenya," ucapnya.

Untuk para atlet yang akan menempati training Camp tersebut adalah para pelajar yang dipersiapkan sebagai atlet nasional dengan pola pembinaan yang ketat dan fasilitas yang lengkap.

"Di dalam grand design itu yang kita pandu mulai dari mereka di tingkat SMP. Kita nanti akan menghasilkan 150 atlit elite nasional untuk cabang-cabang olahraga unggulan kita. itu kita hasilkan dari 250 ribu talenta seluruh Indonesia kemudian kita peras menjadi 37.500, kita peras lagi menjadi 3.750, naik lagi makin susah jadi 750 dan terakhir masuk di 150 elit nasional," ungkapnya.

150 atlet usia dini dari hasil seleksi inilah yang akan dikirim ke semua ajang olahraga internasional baik itu yang single event maupun multi event dari masing-masing cabang olahraga.

"Jadi begitu terperinci, begitu sistematis dan terencana serta jangka panjang yang kita siapkan dalam Grand Design Olahraga Nasional," katanya.

Namun demikian, Amali menyebutkan untuk sementara ini atau sebelum grand design disusun pemerintah masih mengandalkan atlit-atlit hasil binaan di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) dan Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) bahkan yang dikirim ke Olimpiade Tokyo 2020.

"Yang sementara ini, sebelum lahir grand design ini kita punya PPLP. PPLP di berbagai tempat. Kalau nggak salah Cantika (lifter peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020) ini hasil dari PPLP Jawa Barat," jelasnya.

Ke depan, kata Amali, pihaknya akan menyaring atlet-atlet dari PPLP dan Sekolah Khusus Olahraga (SKO) di berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga akan membangun sentra-sentra olahraga di 10 wilayah seluruh Indonesia, setiap sentra akan dikuatkan masing-masing cabor unggulannya.

"Nah, kita akan spesifikasi sentra di provinsi mana, dia harus kita kuatkan apa untuk menjaring talenta dari usia dini itu untuk cabang olahraga apa? Untuk sementara yang kita tiru training camp atau sport training yang punya Jepang. Jadi nanti kita akan punya seperti itu, semuanya (fasilitas) lengkap itu terpusat di Cibubur," urainya.

Pemerintah selama ini juga sudah memberikan dukungan penuh selama mereka di pusat pelatihan nasional (Pelatnas), ditempat ini semua kebutuhan dan fasilitas dipenuhi pemerintah.

"Pelatihan-pelatihan selama ini pemerintah semuanya memfasilitasi termasuk pemberangkatan mereka (ke Tokyo)," paparnya.

Dalam membangun Training Camp di Cibubur tersebut, Kemenpora tidak bekerja sendirian melainkan kementerian dan lembaga negara lainnya turut ambil bagian karena kebutuhan pembiayaannya yang sangat besar. Bahkan, untuk saat ini, kalau dibandingkan dengan Australia dan China, Indonesia sangat jauh untuk biaya pembinaan atlet.

"Tetapi dengan apa anggaran yang belum terlalu optimal saja kita sudah bisa berprestasi. Apalagi kalau ini dinaikkan. Nah, karena ini merupakan program nasional dari kementerian/lembaga masing-masing mengambil tanggung jawab misalnya untuk pembangunan training camp itu bukan kami, itu menjadi bagian Kemen PUPR. Kemudian untuk menyiapkan talenta kita bekerjasama dengan Kemendagri dan Kemendikbud dan juga pemerintah daerah," ujar Amali.

Amali menambahkan Kementerian BUMN juga sudah berkomitmen bahwa dari 14 cabang olahraga unggulan yang masuk dalam grand design dan 3 cabang olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat itu akan disiapkan bapak angkat dari BUMN-BUMN untuk membiayai pembinaannya.

"Jadi atlet ini dia kerjanya berlatih saja, dia tidak perlu terlalu dipusingkan dengan bagaimana nanti kalau saya sudah tidak berprestasi, sudah purna prestasi. Saya sudah bicara dengan pak Erick (Menteri BUMN) dan beliau sudah menyampaikan komitmennya," tutur Amali.

"Nanti kita akan secara formal setelah Perpres tentang grand design ini terbit. Kemudian baru saya akan undang pimpinan cabor dari 14 cabor keunggulan dan 3 cabor yang sangat diminati oleh masyarakat," sambungnya.

Sementara itu, Amali juga mengapresiasi perjuangan atlet Indonesia yang dinilai sudah bekerja keras dalam pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020.

Pasalnya, menurut Amalii, untuk bisa lolos di Olimpiade harus melewati tahap kualifikasi dengan banyak pertandingan untuk meraih poin dan itu tidak mudah.

Hal tersebut berbeda dengan multi event seperti Asian Games dan SEA Games yang bisa langsung ikut bertanding.

"Ajang Olimpiade tentu itulah ujian terakhir. Apa yang sudah mereka lakukan selama ini dan saya merasa bahwa apa yang ditunjukkan oleh para atlet kita yang berangkat ke Olimpiade Tokyo ini sangat luar biasa," ucap Amali.

Amali juga mengapresiasi perjuangan dua lifter Indonesia yaitu Eko Yuli Irawan dan Windy Cantika Aisah yang berhasil menyumbangkan masing-masing medali perak dan perunggu untuk Indonesia. Saat menyaksikan kedua atlet tersebut bertanding,

Amali mengaku sempat merasa khawatir dengan mental mereka terlebih bertanding di tengah pandemi. Apalagi untuk Windy Cantika yang masih berusia 19 tahun dan baru pertama kali mengikuti olimpiade pasti merasakan tekanan yang lebih besar.

"Alhamdulillah mereka bisa lolos dan pemerintah mengapresiasi dan terimakasih atas perjuangan mereka baik yang sudah mendapatkan medali maupun yang belum," tuturnya.

Hide Ads