Bukan cuma tentang adu kuat dan prestasi para atlet, PON XX/2021 Papua juga memiliki kisah di luar lapangan. Salah satunya, berton-ton laundry setiap harinya.
Perhelatan PON Papua boleh dibilang menjadi pengalaman provinsi itu menyambut ribuan tamu dari seluruh Indonesia dalam satu waktu. Mimika, kota kecil yang identik dengan PT Freeport Indonesia, juga kebagian untuk menjadi tuan rumah.
Salah satu persoalan penting buat atlet adalah jersey bertanding. Salah jersey, bisa-bisa atlet gagal tampil.
Terkait kesiapan jersey, ada jasa laundry terpercaya yang harus menanganinya. Apalagi, buat atlet yang kantong KONI-nya cekak. Bisa-bisa cuma membawa satu jersey ke PON makanya harus segera dicuci usai bertanding karena sudah ditunggu laga berikutnya keesokan harinya.
Perkara itu sudah diperhitungkan oleh Pengurus Besar (PB) PON. Buat atlet dan ofisial yang menginap di akomodasi yang disediakan oleh PB PON, mendapatkan jatah laundry.
Volume besar laundry di Mimika bukan persoalan kecil. Sebab, tidak ada penyedia jasa laundry besar.
Setelah dilakukan seleksi, Rumah Laundry milik Asrul Irianto (38), yang juga atlet biliar, dipercaya untuk menanganinya. Asrul tidak tampil di PON Papua.
"Kalau lolos ke PON malah enggak kepikiran untuk ikut tender laundry di PON," kata Asrul dalam perbincangan dengan detikSport.
Asrul bilang untuk menangani laundry PON di Timika, yang jumlah atlet dan ofisial tertinggi di periode 2 hingga 10 Oktober, bukan persoalan sepele. Sebab, laundry bisa mencapai jumlah ton, bukan kuintal.
"Dari berbagai akomodasi PON di Timika, laundry terbanyak dari asrama Sentra Pendidikan. Sehari bisa lebih dari satu ton. Ditambah dari akomodasi lainnya, ya bukan lagi ratusan (kilogram) tetapi ton laundry. Pernah mobil pick up itu betul-betul melesak ban belakangnya saking beratnya laundry di hari itu," Asrul menjelaskan.
Untuk menangani laundry dalam jumlah jumbo itu, Asrul membagi dalam lima titik rumah laundry. Masing-masing laundry melayani penginapan terdekat.
Pos laundry terbesar berada di jalan Pendidikan, Mimika. Di sana ada delapan mesin cuci, area jemuran, dan menyetrika.
"Saya sampai menambah satu ruko lagi sebagai area setrika untuk PON ini. Selain itu, saya tidak melayani laundry di luar PON," kata Asrul.
Setiap harinya, dia menurunkan sembilan mobil operasional, empat di antaranya dari dan ke Rumah Laundry di Jl Pendidikan, untuk antar jemput laundry-an. Jumlah besar laundry setiap hari itu bisa makin jumbo andai tidak dibatasi. Setiap atlet bisa menyetor satu baju, satu celana, dan satu kaus kaki, serta jersey setiap harinya.
Selama menangani laundry di PON, Asrul bilang tidak ada pakaian yang hilang. Dia mewajibkan masing-masing atlet mencantumkan jumlah pakaian dan lokasi penginapan serta nomor kamar di kantung laundry-an sebelum diserahkan kepada relawan PON yang bertugas di hotel.
"Kendala tetap ada, misalnya miss komunikasi dengan relawan di lapangan. Misalnya, PB PON mengatur ada batasan jumlah pakaian per hari tetapi ada saja yang lebih karena tidak tahu," kata Asrul.
"Atau ada peserta nakal, karena jatah laundry satu pakaian, satu celana dan satu kaus kaki, dan satu jersey, mereka menggunakan nomor kamar lain untuk me-laundry kemudian saat pakaian sudah bersih malah lupa," dia menjelaskan.
"Kami selalu mengutamakan jersey. Kalau pun mereka melebihkan pakaian, kalau jersey masih kami maklumi," kata Asrul.
Asrul berharap tidak ada atlet, ofisial, atau wasit bermasalah gegara jersey atau seragam bertugas. "Kami harus menjamu para peserta PON dengan cara terbaik," ujar Asrul.
Lihat juga video saat 'Detik-detik Atlet Gantole Sumbar Jatuh di Rumah Warga':
(fem/raw)