Atlet Jawa Tengah Atina Nur Kamil Intan (23) peraih medali emas nomor lempar lembing putri cabang olahraga (cabor) atletik dalam PON XX Papua. Dia diarak keliling desa.
Atina merupakan warga Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Dia tak menyangka kepulangannya disambut warga desa.
"Alhamdulillah, tidak menyangka bakal seperti ini, terima kasih kepada seluruh warga Pangebatan saya cuma bisa mengucapkan terimakasih sebanyak banyaknya," kata Atina kepada wartawan, Senin (18/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atina merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dan terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Ahmad Mahful Sidik merupakan seorang buruh bangunan. Ibunya, Soimah, seorang ibu rumah tangga. Dukungan orang tuanya menjadi semangat untuk Atina meraih prestasi.
"Alhamdulillah berkat ibu yang selalu mendoakan, support, selalu menenangkan dari orang tua sangat berpengaruh," ujarnya.
Sejak Sekolah Dasar (SD), Atina mengaku sudah menyukai olahraga, bahkan semenjak SD dia sudah meraih prestasi hingga tingkat Nasional.
"Saya sudah suka olahraga sejak mulai SD, terus saya tekuni, saya dalami sampai sekarang Alhamdulillah membuahkan hasil yang maksimal. Perjalanan dari SD Alhamdulillah sudah sampai event nasional, SMP juga sampai event nasional, lalu SMA pernah menjuarai ASEAN School nomor satu juga. Lalu kemarin 2019, ikut serta dengan Sea Games di Filipina dan Alhamdulillah sekarang PON nomor satu," ucapnya.
Saat ini, Atina sendiri masih menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) semester 9, jurusan Ilmu Kepelatihan Olahraga.
Atina berhasil melakukan lemparan sejauh 51,26 meter yang memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri 50,46 meter yang dicetak dalam kejuaraan nasional 2019.
"Kemarin saya dapat lempar (sejauh) 51,26 meter, rekor sebelumnya dari Bali 47,90 kalau tidak salah, ini rekor nasional dan rekor PON. Rekor nasional atas nama saya sendiri dari 50,46 meter, menjadi 51,26 meter," jelasnya.
Bahkan, selama ini Atina dikenal sebagai anak yang tomboi, dirinya kadang sering membantu orang tuanya saat mengaduk semen untuk bangunan. "Ya memang suka bantu bantu, sudah Rosa (kuat) sejak kecil, kadang ngaduk semen ikut dengan om dan bapak," ujarnya.
Selama pandemi COVID-19, latihan yang dilakukan diakuinya lebih maksimal. Tak ada kendala berarti selama masa pandemi untuk melakukan latihan-latihan.
"Latihan selama pandemi ini, lebih fokus dan lebih maksimal sampai akhirnya mendapatkan medali emas," ujarnya.
Sementara menurut Kepala Desa Pangebatan, Agustus Suroto mengatakan jika penyambutan Atina sebagai peraih medali emas merupakan bentuk rasa bangga dan syukur. Penyambutan ini diharapkan menjadi motivasi bagi anak anak muda di Desa tersebut.
"Penyambutan ini sebagai rasa bangga, rasa syukur atas keberhasilan putra daerah, anak Desa Pangebatan, telah meraih medali emas serta memecahkan rekor nasional lempar lembing. Mudah mudahan ini jadi motivasi dan lecutan bagi generasi muda untuk bisa berprestasi, karena dari keluarga sederhana bisa berprestasi sampai tingkat nasional mewakili Jawa tengah," ungkapnya.
Dari pantauan detikcom, Atika di arak keliling desa dengan menggunakan mobil bak terbuka dan di sambut oleh warga setempat. Setelah Dari balai desa, Atika rencananya akan langsung menuju ke Pendopo Sipanji Kabupaten Banyumas pada pukul 09.00 WIB untuk bertemu dengan Bupati Banyumas Achmad Husein.
"Setelah diarak keliling Desa Pangebatan, nanti jam 9 rencana dipanggil Pak Bupati," kata dia mengungkapkan.
(cas/rin)