Sementara itu, Ari Kuncoro mengakui kalau konsep Kampus Merdeka itu memang terinspirasi negara-negara maju di dunia olahraga yang selalu melibatkan perguruan tinggi untuk mencetak atlet berkualitas.
Salah satu yang dicontohkan adalah Liga Olahraga Mahasiswa Amerika Serikat (NCAA) yang mendunia, salah satunya NCAA Basketball. Banyak pebasket top NBA termasuk Michael Jordan yang menjalani tingkatan kuliah sebelum berkarier.
Menurutnya, para atlet di NCAA tersebut memiliki kurikulum sendiri yang sudah disesuaikan dengan ilmu keolahragaan. Selain basket, hampir semua olahraga di AS menerapkan metode serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai contoh, turnamen basket itu kalau di Amerika Serikat itu NCAA Basketball Collage. Jadi di sana dia kan menjalani kurikulum, tapi dia juga adalah atlet dan beasiswanya adalah sebagai atlet," ujarnya.
"Jadi misalnya dia, mempelajari sejarah, ya sejarah olahraga. Kalau statistik, dia mempelajari bagaimana masuk ke ring basket, berapa kali dari kiri, berapa dari kanan," lanjutnya.
Menurutnya, hal ini akan mengintegrasikan kehidupan orang yang ingin berkarier di bidang olahraga, sehingga bisa dipupuk sejak kecil sampai akhirnya siap pakai di tingkat universitas.
Universitas nantinya bakal jadi kawah candradimuka terakhir sebelum terjung ke dunia profesional. Lalu, modal ilmu di universitas dapat dipakai setelah pensiun sebagai atlet.
Sejatinya konsep NCAA ini pernah dipakai di basket nasional pada era 90-an dengan nama Kobatama (Kompetisi Basket Antarmahasiswa) atau yang tenar di era modern ini adalah Lifuma, yakni Liga Futsal Mahasiswa.
"Termasuk nanti ketika dia tidak lagi menjadi atlet, dia biasa menjadi analis, atau pelatih atau bahkan manajer sepakbola misalnya. Jadi semacam ada kesinambungan karier, ini adalah bagaimana karier olahraga dapat dikembangkan secara nasional. Saya rasa kami perguruan tinggi berniat berkontribusi untuk ini," pungkasnya.
(mrp/ran)