Dari video telemetri itu, didapatkan fakta bahwa ada satu kondisi berbeda di area gravel (tanah liat). Ada gundukan yang memang sama sebelumnya, tapi setelah itu ada gundukan tanah tambahan yang menjadi penyebab mobil terguling. Jarak antara dua gundukan tanah itu sangat dekat, sehingga mobil bisa terlempar dan crash dengan hebat.
Gundukan tanah tambahan itu bisa jadi karena proses alamiah, misalnya karena tanah yang mengering.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, gundukan tambahan itulah yang saya tidak mendapat laporan keberadaannya. Karena selama SS1 dari video yang kami buka ulang terlihat tidak ada," papar Sean.
![]() |
"Tapi semestinya ada yang memberitahu ke semua peserta bahwa lintasan telah berubah," ujar Sean Gelael sambil menjelaskan dirinya sama sekali tak mendapat pemberitahuan dimaksud.
Ricardo juga menjelaskan apa yang dia dan Tim Jagonya Ayam lakukan biasa dilakukan FIA jika ada insiden dalam balapan . Dalam skala dan ruang lingkup kecil, mereka melakukan tiga hal: mengecek data mobil, mengecek apakah ada driver error, dan mengecek lintasan.
"Kami dibantu engineer dari Citroen Eropa yang memang kami hadirkan untuk Reli Meikarta. Makanya, kami bisa dengan cepat mengetahui penyebab kecelakaan," ujar Ricardo Gelael.
Nuno Pinto selaku pelatih Sean yang juga mantan pebalap reli menjelaskan mobil berfungsi 100 persen saat reli dan layak untuk digunakan.
"Di Meikarta panjang lintasan 5,3 km di mana 5 km adalah tarmac (aspal) dan sisanya gravel. Jadi wajar kalau setelan mobilnya adalah untuk tarmac. Dan dengan setelan seperti itu jika ada perubahan lintasan di area gravel tentu bisa memengaruhi apa pun, termasuk kecelakaan. Dan pada pagi hari sebelum SS1 kami keliling naik motor melihat lintasan dan semua normal," papar Nuno.
(mrp/rin)