Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bakal menggunakan skema ramping dan efisien untuk pemberangkatan kontingen menuju SEA Games 2021 Vietnam. Hal ini guna menyiasati keterbatasan anggaran pemerintah.
Sekretaris Jenderal KOI Ferry Kono menyebut dalam rapat Komite Eksekutif akhir pekan lalu ada beberapa bahasan penting, di antaranya hasil review cabang olahraga yang dilakukan Komisi Sport and Development hingga opsi-opsi yang digunakan sebagai solusi keterbatasan anggaran.
"Kami perlu mengurangi jumlah kontingen, mengingat konsep yang diterapkan di SEA Games ini konsep tempur, bukan latihan. Kami menggunakan skema ramping dan efisien," terang Ferry, Selasa (22/03/22).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan skema tersebut, lanjut Ferry, KOI harus membatasi kuota pelatih hingga tenaga pendukung. Diinformasikan sebelumnya, penundaan SEA Games ke-31 yang seharusnya diselenggarakan 2021 memengaruhi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) 2022 Kemenpora. Sebab, Komisi X DPR RI telah menyetujui pagu definitif Kemenpora RI Tahun Anggaran 2022 sejak September 2021, di mana fokus Kemenpora adalah Asian Games 2022 Hangzhou.
"Jadi tidak semua pelatih berangkat, begitu juga apabila cabor mau mengikutsertakan tim dokter atau masseur khusus. Kami akan lihat apakah mereka mau membantu cabor lain. Termasuk mekanik, misalnya cabor balap sepeda, apakah mereka juga mau membantu teknis di cabor lain, seperti sepeda yang akan digunakan atlet triathlon," kata Ferry.
Kendati sudah memutuskan skema yang diambil, faktanya KOI dan Kemenpora belum memutuskan jumlah cabor dan atlet yang bakal dikirim. Di SEA Games sendiri akan mempertandingkan 40 cabang olahraga dengan 526 nomor event.
Sejauh ini, Ferry menyebut, KOI telah mengirimkan rekomendasi kepada Kemenpora. Rekomendasi tersebut merupakan keputusan Komite Eksekutif yang diambil berdasarkan hasil analisis dari Komisi Sport and Development (KSD) usai melakukan review dengan pengurus cabang olahraga (cabor) pada pertengahan Maret.
"Rekomendasi yang kami kirimkan sudah memenuhi parameter yang ditentukan, yakni cabor DBON dan non-DBON, yang memiliki peluang perolehan medali, baik emas, perak, dan perunggu serta potensi atlet junior," kata Ferry.
Dalam waktu dekat, Ferry berharap KOI dan Kemenpora dapat duduk bersama untuk membahas rekomendasi tersebut, sehingga nantinya keputusan ini dapat menjadi acuan pengisian entry-by-name kontingen. Sebagai informasi, Panitia Penyelenggara SEA Games Vietnam menetapkan batas akhir entry-by-name pada 31 Maret.
"Keputusannya tentu tidak bisa memuaskan semua pihak, tetapi kami membuka opsi terhadap cabor yang mampu dibiayai mandiri oleh Nasional Federation, tentunya dengan parameter khusus. Jadi walau biaya mandiri, mereka tetap perlu memastikan atlet yang mampu bersaing dan jadi tolak ukur pembinaan," ujar Ferry.
(mcy/cas)