Kejuaraan Pencak Silat International Hidupkan Industri Olahraga Daerah

Kejuaraan Pencak Silat International Hidupkan Industri Olahraga Daerah

Mohammad Resha Pratama - Sport
Kamis, 07 Agu 2025 02:15 WIB
Kejuaraan Silat International di Medan bertajuk The 3rd International Indonesia Pencak Silat Open Championship 2025, 4-10 Agustus.
Wamenpora Taufik Hidayat saat membuka Kejuaraan Pencak Silat Internasional (dok.Kemenpora)
Medan -

Medan lagi jadi tuan rumah Kejuaraan Pencak Silat Internasional. Ini tidak cuma jadi ajang mencari gelar juara, tapi juga membangkitkan perekonomian lokal.

Turnamen bertajuk The 3rd International Indonesia Pencak Silat Open Championship 2025 ini sudah digelar sejak 4 hingga 10 Agustus. Ini jadi kali pertama ajang tersebut digelar di luar Jakarta.

Pembukaan resmi dilakukan oleh Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Taufik Hidayat, Senin (4/8) pagi WIB, di Gedung Serba Guna Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 3.620 pesilat dari berbagai provinsi di Indonesia dan 20 negara ikut ambil bagian. Jumlah ini merupakan yang terbesar dalam sejarah pelaksanaan kejuaraan silat internasional di Indonesia.

Dampak langsung terasa di sektor perhotelan. Okupansi lima hotel utama yang direkomendasikan panitia seperti Hotel Madani, Mercure, Emerald Garden, Nivia, dan Grand Inna, dilaporkan penuh sejak awal Agustus.

ADVERTISEMENT

Sektor UMKM juga ikut merasakan dampaknya. Sebanyak 120 pelaku usaha kecil menengah diberi kesempatan untuk membuka stan. Mereka menyewa tenda ukuran 3x3 meter lengkap dengan listrik, dengan biaya Rp 2,5 juta untuk tujuh hari.

Produk yang dijajakan pun beragam, mulai dari kuliner khas daerah, suvenir budaya, hingga perlengkapan bela diri. Transaksi terjadi padat, terutama saat jeda pertandingan, memberikan peluang besar bagi pelaku usaha lokal untuk naik kelas.

Panitia mencatat bahwa perputaran uang selama penyelenggaraan diperkirakan mencapai lebih dari Rp 17 miliar. Angka ini berasal dari belanja peserta, akomodasi, transaksi UMKM, wisata, dan sektor pendukung lainnya.

Peserta asing, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 724 orang, rata-rata menghabiskan Rp 10 juta per orang selama tujuh hari. Totalnya mencapai Rp 7,24 miliar. Sementara 2.896 peserta lokal menghabiskan sekitar Rp1 juta per orang, dengan total Rp2,896 miliar.

Dari sisi penonton, ada 3.000 pelajar yang hadir setiap harinya atas arahan Dinas Pendidikan Sumatera Utara, menjadikan total penonton pelajar selama tujuh hari mencapai 21.000 orang. Selain itu, warga umum yang datang diperkirakan mencapai 14.000 orang sepanjang acara.

Jika dihitung belanja rata-rata Rp 50.000 per penonton umum, maka total perputaran uang dari sisi ini mencapai Rp 700 juta. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme publik turut memberi kontribusi ekonomi nyata selama kejuaraan berlangsung.

Sektor UMKM diperkirakan menghasilkan pendapatan bersih sekitar Rp 2,52 miliar. Asumsinya, setiap tenant memperoleh rata-rata Rp 3 juta per hari selama tujuh hari penyelenggaraan.

Sektor perhotelan juga mencatat angka yang signifikan. Dengan asumsi lima hotel besar penuh dengan tarif rata-rata R p800.000 per kamar per malam, total perputaran uang dari sektor ini diperkirakan mencapai Rp2,8 miliar.

Transportasi lokal seperti ojek online, rental mobil, hingga layanan travel turut mendapat efek positif. Perputaran uang di sektor ini diperkirakan mencapai Rp1 miliar selama seminggu penuh.

Total perputaran ekonomi secara konservatif diperkirakan mencapai Rp 17,156 miliar. Namun jika dihitung secara menyeluruh, termasuk vendor logistik, konsumsi panitia, media, dan sewa alat, maka potensinya bisa menembus Rp20-30 miliar, bahkan lebih.

Kejuaraan ini membuktikan bahwa industri olahraga dapat menjadi penggerak ekonomi daerah. Bukan hanya mengangkat nama Sumatera Utara di mata dunia, tetapi juga membuka ruang bagi masyarakat untuk ikut tumbuh bersama industri olahraga yang semakin potensial.

(mrp/adp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads