Michu dan Van Persie memang tidak akan berhadapan secara langsung. Mereka akan berdiri di barisan terdepan dari tim masing-masing kala Swansea dan Manchester United bertemu di Liberty Stadium, Minggu (23/12/2012). Michu dan Van Persie sama-sama sudah mencetak 12 gol sejauh ini, namun Van Persie punya kontribusi lain untuk timnya: assist. Bomber asal Belanda itu sudah mengantongi lima assist atas namanya.
Jika Van Persie sudah dikenal sebagai salah satu penyerang top Premier League, maka yang menarik adalah membahas kemunculan Michu. Ada banyak alasan mengapa Michu yang aslinya seorang gelandang itu bisa menjadi haus gol. Salah satu alasan dasar yang kerap dipakai adalah gaya bermain ke-Spanyol-Spanyol-an yang digunakan Swansea. The Swans, bahkan sebelum Michael Laudrup datang, sudah menggunakan pola operan-operan pendek. Dalam sebuah pembahasan taktik Swansea di Soccernet, Laudrup disebut hanya menambahkan beberapa detil baru saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pembahasan lain, Michu juga kerap mendapatkan role sebagai false nine dan digunakan ketika Swansea ingin lebih banyak menguasai bola di lini tengah. Jika demikian adanya, Laudrup biasanya disebut tengah berusaha memancing lawan untuk keluar menyerang dan menunggu mereka meninggalkan ruang kosong. Entah Michu atau Pablo biasanya kerap memanfaatkan situasi seperti ini.
Alasan lainnya? Meski punya taktik yang relatif detil, Laudrup disebut sebagai pelatih yang kerap memberikan kebebasan kepada para pemainnya. Gaya ini disebut cocok dengan Michu yang memang tidak suka dengan hal-hal yang terlalu kaku. "Dia memberikan pemain-pemainnya kebebasan. Dia jarang mengoreksi ketika pemainnya bermain di lapangan dan itu memberikan kami rasa percaya diri yang begitu besar," ujar Michu seperti dilansir The Independent.
"Tim ini memainkan sepakbola yang bagus, entah itu ketika bermain melawan tim papan bawah di kandang atau bermain tandang melawan Manchester City," kata Michu lagi.
Bagaimana dengan Van Persie? Kedatangannya membuat Wayne Rooney yang sepanjang musim lalu menjadi tumpuan lini depan --dan juga tumpuan untuk mencetak gol-- sumringah. Rooney seperti mendapatkan partner sehati dan MU mendapatkan opsi tambahan, kalau bukan andalan utama untuk mencetak gol. Sejauh ini Van Persie nyetel dengan permainan 'Setan Merah', ia tak hanya menunggu di dalam kotak penalti, tapi juga kerap bergerak ke sisi lapangan untuk melepaskan umpan.
Kalaupun ada kelemahan dari taktik MU adalah mereka kerap menumpulkan potensi Van Persie dalam satu laga. Ada situasi di mana gagal memberikan pasokan bola yang cukup kepada pemain berusia 29 tahun tersebut. Bahkan Sir Alex Ferguson sendiri mengakuinya usai laga melawan Sunderland akhir pekan lalu. Kendati menang 3-1, para gelandang MU beberapa kali gagal menangkap pergerakan Van Persie, padahal dia sudah berada dalam posisi yang tepat.
"Kami gagal memanfaatkan pergerakan Robin van Persie. Pergerakannya sangat bagus dan dia membuat lawan terus berhati-hati," ujar manajer asal Skotlandia tersebut usai laga melawan The Black Cats.
Hal lain yang juga dikeluhkan adalah bagaimana MU kerap bermain melebar ke sayap untuk membangun serangan, bahkan ketika bermain dengan formasi 4-2-3-1 sekalipun. Di Arsenal musim lalu, Van Persie kerap dimanjakan oleh operan-operan dan umpan Alex Song dari tengah. Bisa dibilang, ini yang belum sepenuhnya terlihat dari The Red Devils. Mereka memang memiliki Shinji Kagawa, namun gelandang asal Jepang itu tengah berada dalam masa pemulihan cedera saat ini. Menarik dinantikan jika suatu waktu nanti MU sudah bisa memaksimalkan peran Kagawa.
Jika Michu adalah penyelesai akhir yang brilian, maka Van Persie juga terbilang penyerang yang klinis. Jangan lupakan kemampuannya untuk jadi penentu kemenangan MU, seperti yang dilakukan kala melawan City. Sekarang, tinggal ditunggu, tim mana yang lebih bisa memanfaatkan dan memaksimalkan kemampuan salah satu dari kedua orang ini.
(roz/a2s)