Evolusi Sepatu Sepakbola (Bagian 2): Inovasi Dassler Bersaudara

Evolusi Sepatu Sepakbola (Bagian 2): Inovasi Dassler Bersaudara

- Sepakbola
Rabu, 17 Apr 2013 10:42 WIB
Jakarta - Evolusi sepatu sepakbola tidak bisa dipisahkan nama ini: Dassler Bersaudara. Kemunculan Adolf dan Rudolf Dassler merupakan salah satu tonggak bagi perjalanan evolusi sepatu sepakbola.

Seperti telah ditulis sebelumnya, Dassler Bersaudara mendirikan pabrik sepatu bernama Gebruder Dassler Schuhfabrik (Dassler Brothers Shoe Factory) di kota Herzogenaurach, Bavaria, Jerman, pada tahun 1924.

Di tahun kedua, perusahaan tersebut mulai memproduksi sepatu dengan pul yang bisa diganti-ganti tergantung kondisi cuaca. Sepatu dengan pul yang lebih panjang akan membuat pemain lebih nyaman berpijak saat kondisi hujan. Sedangkan apabila kondisi lapangan kering, pul panjang akan membuat pemain susah berlari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski bisa diganti-ganti, namun bahan pul pada awal kemunculan Dassler Bersaudara ini masih seragam yakni menggunakan kulit. Sepatu juga masih cukup berat karena belum ada perubahan signifikan di bagian material yang menggunakan kulit kaku.

Setelah perang dunia kedua selesai pada 2 September 1945, dunia sepakbola mendapatkan berkahnya. Karena ongkos penerbangan yang jauh lebih murah, pengiriman sepatu sepakbola menjadi lebih mudah. Murahnya ongkos pesawat ini juga berdampak ke banyaknya pertandingan internasional yang digelar.

Banyaknya pertandingan internasional ini juga memberikan dampak positif bagi perkembangan sepatu. Publik Eropa akhirnya melihat permainan penuh skill dan kemampuan teknik tinggi para pemain dari Amerika Selatan.

Permainan cantik dari pemain-pemain asal Amerika Selatan ini dianggap juga dipengaruhi oleh sepatu yang mereka kenakan. Mereka memakai sepatu yang lebih ringan yang fokus diproduksi untuk menendang dan mengontrol bola.

Dengan ini telah terjadi pergeseran tujuan pembuatan sepatu, yang kemudian tak lagi hanya fokus ke perlindungan kaki tapi juga untuk lebih menunjang kemampuan pemain. Meski demikian, siapa yang membuat sepatu para pemain Amerika Selatan itu tak tercatat oleh sumber-sumber penulisan.

Sejak saat itulah pabrik-pabrik sepatu mulai membuat sepatu yang lebih ringan. Namun secara desain, sepatu ini belum banyak berubah karena tingginya masih di atas engkel.

Pada tahun 1948, Dassler Bersaudara resmi berpisah karena perselisihan antara keduanya. Perpecahan ini akhirnya memunculkan dua perusahaan baru yakni, Adidas yang dimiliki oleh Adolf 'Adi' Dassler dan Puma yang dimiliki oleh Rudolf Dassler.



Di tahun itu juga Puma berhasil membuat sepatu sepakbola pertamanya dengan nama Puma Atom. Sepatu ini kemudian dikembangkan lagi dengan pul menggunakan sekrup pada tahun 1952 sehingga lebih mudah diganti dan lebih kuat. Sepatu hasil pengembangan ini kemudian diberi nama Super Atom.

Pul pada generasi ini berbeda dengan pul generasi pertama yang juga bisa diganti, di mana pul generasi pertama masih menggunakan metode tancap, bukan sekrup. Diproduksinya Super Atom oleh Puma ini sekaligus menandai dipakainya bahan baru pada pul, yakni karet dan plastik.

Adidas sebenarnya juga punya sepatu dengan teknologi ini. Bahkan kedua kakak beradik ini sempat terlibat perang klaim di mana masing-masing mengklaim menjadi yang pertama menciptakan sepatu dengan teknologi tersebut.

Adidas sempat mengklaim bahwa sepatunya yang dipakai oleh timnas Jerman di Piala Dunia 1954 adalah sepatu dengan pul berteknologi sekrup pertama. Sepatu Adidas disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama Jerman bisa memenangi turnamen akbar tersebut.

Menurut kisah yang tercatat, sesaat sebelum final Piala Dunia 1954 melawan Hongaria di Swiss, gerimis yang saat itu mengguyur stadion berubah menjadi hujan deras hingga mempengaruhi kondisi lapangan. Beruntung saat itu Adidas telah menyiapkan sepatu dengan teknologi sekrup dan melengkapinya dengan pul panjang.

Tim Hongaria yang tidak menggunakan pul panjang, tidak mampu mendapatkan daya cengkram yang baik di lapangan seperti tim Jerman. Akhirnya tim "Panser" menang 3-2 dan menjadi juara dunia sekaligus mendapatkan gelar Piala Dunia pertamanya.

Namun klaim ini dibantah mentah-mentah oleh Puma. Mereka lalu mengeluarkan dokumen yang menunjukkan pengembangan teknologi sekrup yang dimulai pada tahun 1948. Mereka juga menyatakan telah mulai menyuplai sepatu berteknologi sekrup ini sejak 1952.

Puma pun menunjukkan bukti nyata bahwa tim nasional Jerman bukanlah tim pertama yang mengenakan sepatu berteknologi sekrup. Pada tahun 1953, setahun sebelum klaim Adidas, tujuh pemain FC Kaiserslautern telah menggunakan sepatu milik Puma untuk mengantarkan tim tersebut menjuarai German Championship (liga Jerman sebelum berformat Bundesliga).

Bukti ini sekaligus menunjukkan bahwa Rudolf Dassler berhasil mengungguli sang adik, Adi Dassler dalam hal penemuan teknologi pul bersekrup. Namun, beberapa tahun kemudian tepatnya pada 1956, Adidas membalas dengan membuat sepatu berbahan kulit kanguru dengan sol menggunakan "Polyamide". Teknologi ini berhasil membuat sepatu jauh lebih ringan.

Pada masa ini, sepatu sepakbola mengalami sejumlah perubahan seignifikan, terutama berkat kemunculan Dassler Bersaudara. Masa ini sekaligus menandai dimulainya persaingan antara dua perusahaan ternama, Adidas dan Puma, hingga kini.

===


* Dari berbagai sumber
* Akun twitter penulis: @EkiArdito




Baca artikel sebelumnya:
Evolusi Sepatu Sepakbola (Bagian 1): Masa Sebelum 1940

(a2s/cas)

Hide Ads