Jika dalam ilmu marketing jumlah massa adalah sebuah potensi bisnis yang harus diperhitungkan, tak heran jika klub-klub papan atas relatif bisa lebih mudah dilirik para sponsor. Sebabnya, mereka memang punya basis fans yang besar.
AC Milan, misalnya. Klub elite Italia itu bisa lebih mudah menjual sebuah produk mereka kepada suporter. Sekali nge-tweet, lebih dari 1,3 juta follower bisa merespons balik keinginan klub.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jangankan tim promosi, tim-tim medioker saja sudah menunjukkan statistik yang jauh di bawah klub papan atas. Southampton, misalnya, mempunyai follower hanya seperlima dari @ManUtd yang baru lahir Juli 2011 lampau.
Bagaimana dengan tim promosi? Cardiff City hanya mempunyai follower 61.200. Hull City malah tak sampai 50 ribu follower. Crystal Palace juga mempunyai follower kurang bagus, hanya 56.200.
Direktur Bisnis Digital AS Roma Shergul Arsyad berpesan agar klub-klub papan bawah berani membuat inovasi. Selain tampil foto-foto menarik, Arsyad menyarankan ada penawaran hadiah menarik kepada fans.
"Selain itu ajak pemain agar mempunyai akun pribadi di media sosial. Sebab pemain itu menjadi alat promosi efektif untuk klub masing-masing," kata dia.
===
Artikel sebelumnya:
Sepakbola di Jagat Maya (Bagian 1): Barcelona Digjaya, MU Masih Meraba-raba
Sepakbola di Jagat Maya (Bagian 2): Memanjakan Pasar Lewat Multibahasa
(fem/a2s)