-
Setelah menanti selama 26 tahun, Pelita Jaya akhirnya mengenyam kembali nikmatnya menjadi juara. Ada dua sosok penting dalam sukses Pelita Jaya. Siapa mereka?
Pelita Jaya sukses mengunci gelar juara Indonesia Basketball League (IBL) 2017 di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (7/5/2017). Titel didapatkan pelita dengan menumbangkan tuan rumah, Satria Muda Pertamina, dengan skor 72-62.
Meski menjadi finalis dua musim terakhir, Pelita mengawali IBL 2017 ini dengan kurang meyakinkan. Mereka harus kehilangan pemain indovers Brandon Jawato. Dia tak dimainkan karena klub belum bisa memastikan status sebagai pemain Indonesia atau asing.
Selain itu, Pelita Jaya baru mulai beradaptasi dengan pelatih baru, Johannis Winar alias Ahang. Dia menggantikan Benjamin Alvarez Sipin yang dipecat sebagai buntut kekalahan Pelita Jaya pada partai final IBL 2016. Mereka dikalahkan CLS Knights kala itu. Dalam prosesnya, Benjamin juga disebut tidak ada kecocokan dengan pemain.
Kemudian posisi pelatih kepala digantikan Johannis Winar. Pelita Jaya tak mulus di seri pertama. Mereka kalah empat pertandingan.
Tak ingin makin terpuruk, manajemen Pelita Jaya melibatkan Fictor Gideon Roring yang tengah menganggur. Oleh Pelita Jaya, Ito didapuk sebagai sport director klub. Ito menjalankan tugas mulai seri V IBL 2017. Perubahan signifikan terjadi di Pelita Jaya hingga puncaknya menjadi juara IBL 2017.
Johannis Winar pun kembali berduet dengan Fictor Gideon Roring. Sebenarny duet itu bukan baru-baru amat. Mereka pernah sama-sama berpesan sebagai pelatih dan asisten di timnas basket SEA Games 2007 NakhonRatchasima.
Bagaimana penuturan mereka merespons tugas tersebut dan membuktikan sampai menjadi juara IBL 2017?
Penunjukkan Johannis Winar alias Ahang memang tidak diduga. Dia mengisi kursi pelatih yang lowong setelah ditinggalkan pelatih asing mereka asal Filipina, Benjamin Alvarez Sipin.
Benjamin dipecat setelah Pelita Jaya dikalahkan CLS Knights di final IBL 2016. Ahang pun naik pangkat.
Dua pekan sejak penunjukkan itu, Ahang harus mendampingi Pelita Jaya di Perbasi Cup 2016. Ajang itu diikuti oleh tim-tim kontestan IBL.
"Jadi 2016 di hari Senin, saya sebagai asisten pelatih tiba-tiba dipanggil oleh manajemen. Padahal, kalau rapat biasanya antara pelatih kepala dan manajemen. Manajemen cuma bilang, 'Coach, untuk sementara kamu ambil alih dulu Pelita Jaya karena manajemen ada rencana untuk pergantian pelatih," kata Ahang, dalam perbincangan dengan detikSport.
"Saya pikir saya menangani tim sampai Perbasi Cup sebab saya pikir ada pelatih baru yang masuk. Tapi, rupanya saya dipanggil lagi dan ditawarkan untuk menjadi pelatih kepala Pelita Jaya," lanjut Ahang.
Kesempatan itu diterima Ahang. Apalagi, manajemen tak membebani dengan target tinggi.
"Sebenarnyanya semua nge-blank saja. Iya saja, habis mau bagaimana lagi. Jadi siap saja, tidak ada keyakinan apa-apa dan tidak kepikiran. Di awal -awal juga manajemen dibilang tidak ada target karena semua hanya kebetulan. Jadi nothing to lose dan pegang saja," ujar dia.
"Begini, saya sudah empat tahun di Pelita Jaya dan selalu ada pelatih dari luar masuk ke Pelita Jaya. Jadi, posisi pelatih kepala tidak diambil dari asisten seperti saya menjelang musim 2017 ini. Tapi, saat diberikan amanat, tanpa pikir panjang saya bilang siap saja," ungkap dia.
Belum adanya pengalaman sukses Ahang dalam memegang sebuah tim profesional di IBL, membuat banyak kalangan tak yakin dengan kemampuannya. Namun, Ahang mendapatkan dukungan penuh dari pemain.
"Ya, kami di awal bicara. Artinya, jika kemarin saya sebagai asisten, tapi sekarang jadi head coach. Saya sebagai head coach ya saya inginnya ada garis merahnya. Kalau di luar boleh menjadi teman, tapi kalau di dalam latihan harus respek," tutur Ahang.
"Kamu bertugas sebagai pemain, saya menjalankan tugas sebagai pelatih. Dan puji syukur bisa juara di IBL tahun ini dan saya berterimakasih karena coach Ito (Fictor Gideon Roring) membantu kami, saya pikir kita tidak akan bisa juara tanpa bantuan beliau," ucapnya.
Ahang dikontrak sebagai pelatih kepala oleh Pelita Jaya dua tahun, mulai 2017 hingga musim 2018.
Bukan keputusan mudah bagi Fictor Gideon Roring alias Ito untuk menerima pinangan Pelita Jaya Jakarta. Tapi, pemilik klubSyailendra Bakrie berhasil meyakinkannya untuk bergabung bukan sebagai pelatih.
Ito direkrut oleh Pelita Jaya menjelang seri IV dan V IBL 2017. Waktu itu, laju Pelita Jaya kurang oke. Sebagai finalis dua musim sebelumnya, Pelita Jaya sudah ternoda empat kekalahan saat musim baru berjalan empat seri.
pelita Jaya sudah merasakan kekalahan saat tampil pada seri I. Mereka dikalahkan tuan rumah, CLS Knights, 62-66. Kemudian gagal mengatasi Satria Muda 61-88 di seri kedua di Jakarta. Pelita menuai kekalahan ketiga dari Aspac dengan skor 65-68. Pelita Jaya makin terpukul usai dikalahkan NSH saat berlaga di seri IV di Jakarta dengan hanya selisih dua poin 72-74.
Manajemen pelita Jaya akhirnya membuat perubahan. Mereka merekrut Ito sebagai sport director menjelang seri V IBL 2017. Keputusan itu berbuah hasil manis. Pelita Jaya berhasil membalas kekalahannya dengan NSH dengan angka telak 79-57 dan menundukan Bima Perkasa Yogyakarta 80-50. Sebelum akhirnya ditutup sebagai juara IBL 2017.
"Sebenarnya (tawaran) ini sudah lama, sejak tiga tahun yang lalu dan hampir setiap tahun juga saya sempat komunikasi dengan Syailendra Bakrie. Tapi kami belum dapat deal, baru kemarin lah akhirnya sepakat," kata Ito.
"Tapi yang pertama alasan saya masuk adalah saya ingat sekali beliau manajer timnas 2011. Saya sebagai asisten pelatihnya dan saya melihat suport-nya luar biasa di basket Indonesia. Saya lihat juga di Pelita Jaya tidak pernah menyerah. Orang biasanya kalau sudah begini sudah malas, tapi ini beliau suport terus.
"Nah, orang-orang seperti itu yang patut saya bantu juga, patut ada di dekat dia agar jangan pergi dari basket Indonesia. Karena kita butuh orang seperti itu, kalau hilang kita yang rugi. Sebab, banyak orang yang hidup dari itu, saya salah satunya.
"Jadi saya lihat figurnya seperti itu, saya juga pernah bekerja dengan ayahnya. Ya, kuat sekali alasan saya untuk join. Keyakinan itulah yang membuat saya menerima dan masuk Pelita Jaya," ungkapnya.
Ito tak kesulitan untuk beradaptasi dengan Pelita Jaya. Apalagi ada dua pemain kawakan yang pernah menjadi anak didiknya di Satria Muda, Amin Prihantono dan Faisal J. Ahmad.
Ito juga piawai dalam menularkan pengalamannya sebagai pemain dan pelatih yang sudah 18 kali juara kepada Adhi Pratama Prasetyo Putra dkk saat berada di lapangan.
"Itu jagonya saya, pastinya dengan cara saya. Saya sudah cukup lama memegang tim, punya pengalaman di klub dan timnas. Pengalaman itu yang saya bawa ke sini," kata dia.
"Tetapi sebenarnya ada satu figur juga yang akhirnya membuat Pelita Juara adalah Erick Thohir karena dia lah yang jadiin saya. Saya datang ke sini dan membantu tim," ujarnya kemudian tertawa.