Bahkan helikopter milik L.A.P.D. tidak umum terbang dalam kondisi tersebut karena pilot dan petugas jarak pandang yang cukup saat melakukan patroli. Sementara saat peristiwa terjadi, jarak pandang sekitar 4 km.
"Seorang pilot bertanggung jawab untuk menentukan apakah aman untuk terbang dalam kondisi cuaca tertentu, atau kondisi cuaca yang diprediksikan akan terjadi," sahut seorang ofisial di NYTimes.
Demi menghindari kabut dan mendapat jarak pandang yang lebih baik, pilot sudah meminta izin untuk menaikkan ketinggian. Data penerbangan mencatat helikopter sempat melesat dari ketinggian 365 meter ke 609 meter. Namun sekitar pukul 09.45 pagi, pilot mengarahkan helikopter ke sebuah gunung di ketinggian 518 meter.
Baca juga: Mengenang Kobe Bryant dan Warisan Bisnisnya |
"Saya tidak bisa melihat apapun, bahkan siluet pun tidak terlihat," ucap Scott Deahlin, seorang saksi mata yang mendengar deru helikopter terbang rendah di atasnya.
Sementara saksi mata yang lain menyebut kondisi berkabut yang parah membuatnya kesulitan mengendarai mobil. Kabut sebenarnya umum terjadi di lokasi tersebut, tapi di minggu pagi itu, kabut lebih tebal dari biasanya.
"Pertama kali yang melintas di pikiran saya adalah, kenapa helikopter tendengar terbang sangat rendah. Sepertinya pilot tengah berputar, mencoba mencari jalan," lanjut Deahlin.
Kobe Bryant dan putrinya, Gianna, tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (26/1/2020) waktu setempat. Menjadi salah satu pemain terbaik yang pernah dipunya NBA, kepergian mendadak pria 41 tahun itu memunculkan duka mendalam hingga ke seluruh dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(din/bay)