Direktur Utama IBL 2020 Junas Miradiarsyah membocorkan skema 'gladi bersih' yang akan akan diterapkan Indonesian Basketball League (IBL) 2020. Seperti apa?
Setelah mendapat izin untuk bergulir Oktober mendatang, operator liga kini menyiapkan percobaan sebelum kompetisi benar-benar dilangsungkan. Metode tiruan yang akan dilangsungkan akhir Agustus mendatang itu akan mencakup sejumlah hal.
"Jadi dalam simulasi nanti akan dilakukan beberapa kali. Di dalam praktiknya, akan ada adegan atau rekayasa pertandingan dari awal mula tim datang hingga pertandingan berakhir," kata Junas ketika berbincang dengan detikSport, Selasa 94/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mulai atlet datang ke lokasi hotel, penerimaan dia di hotel, masuk ke kamar, waktu mereka latihan dan bertanding aksesnya seperti apa, masuk ke lapangan duduknya seperti apa. Bahkan tempat duduknya bagaimana," dia menjelaskan.
Menurut Junas, pihaknya lebih fokus ke teknis di luar karena dari sisi pertandingan tidak akan banyak aturan yang diubah. "Hanya memang pada saat time out, pemain itu ke loker seperti apa, sirkulasinya bagaimana, kemudian mulai bertanding lagi seperti apa," lanjutnya.
Baca juga: Simulasi IBL 2020 Digelar Akhir Agustus |
Tidak hanya menyangkut pemain, ofisial hingga wasit juga akan menjadi salah satu yang dipertimbangkan jarak aman dan protokol kesehatannya di IBL 2020.
"Table official kami susun ulang, jarak, penempatan, tapi karena tidak ada penonton mungkin akan banyak space yang digunakan. Biasanya kami pusatkan satu meja, lalu penempatan host broadcast-nya seperti apa. Ya akan banyak sekali hal teknis yang disimulasikan terutama di luar pertandingan," tuturnya.
"Termasuk untuk tes kesehatannya. Apabila ada satu hal emergency bagaimana antisipasinya."
Junas menjelaskan simulasi IBL 2020 akan berlangsung beberapa kali tergantung dari beberapa catatan yang diperoleh saat replikasi dilakukan.
"Alasan mengapa simulasi kami gelar akhir Agustus supaya ketika masih ada catatan-catatan, kami masih ada waktu sebulan untuk memperbaikinya. Jadi bukan berapa frekuensi kami menerapannya, tapi catatannya masih ada apa tidak. Jika sudah oke, artinya sudah bisa jalan," ujarnya.
Nah, agar kompetisi berjalan sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah, khususnya Kemenpora. Maka, IBL pun mewajibkan tim untuk melakukan cek kesehatan, mulai dari tes PCR (Polymerase Chain Reaction) maupun rapid test.
"Jadi setiap tim harus memastikan timnya untuk melakukan tes PCR atau swab test lebih dulu. Hasil dari tes tersebut nantinya harus mereka tunjukkan ketika datang ke lokasi hotel sehingga kalau ada apa-apa (positif) jangan sampai ada yang berangkat. Jadi sudah terfilter dari awal," kata Junas.
"Kemudian, waktu tiba diperkuat lagi dengan melakukan rapid test supaya lebih terdekteksi. Begitu berikutnya, pada hari kelima akan ada tes PCR kembali. Nanti tes kedua dilakukan dengan tim yang datang gelombang berikutnya," lanjutnya.
(mcy/cas)