Verstappen memang tidak menang dalam balapan akhir pekan lalu itu. Ia "cuma" menempati posisi tiga di belakang dua pebalap Mercedes, runner-up Nico Rosberg dan pemenang Lewis Hamilton.
Akan tetapi, aksi Verstappen menuai decak kagum berkat keberhasilannya menggeber RB12 dari posisi 14 menuju posisi tiga dalam 22 putaran saja, dengan balapan berlangsung amat basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksinya itu kemudian dibanding-bandingkan dengan manuver mendiang Senna saat finis kedua di GP Monaco 1984 dan aksi Schumacher saat memenangi GP Spanyol 1996, dengan kedua balapan itu berlangsung dalam nuansa serupa.
"Saya pikir aksinya sejajar dengan aksi-aksi tersebut; Anda harus membandingkannya dengan momen-momen hebat semacam itu. Anda tidak sering menyaksikan balapan seperti ini. Kita sudah melihat sesuatu yang amat spesial," kata Prinsipal Tim Red Bull Christian Horner di Formula1.com.
![]() |
Pujian tak berhenti sampai situ. Stasiun televisi Brasil Globo bahkan sampai menyebut Verstappen sebagai "reinkarnasi dari Ayrton Senna".
Menurut pebalap profesional Belanda Tom Coronel, apresiasi dari Globo tersebut sangat besar maknanya. "Jika orang-orang Brasil mengomparasikan Max dengan Senna maka itu jelas jadi pengakuan tersendiri," katanya kepada metroXL yang dikutip News.com.
"Senna adalah yang terhebat. Itu berkaitan dengan kematiannya yang terlalu dini, jadi sekarang ia seperti sebuah mitos. Tapi Senna adalah yang terhebat karena ia melaju lebih baik dengan mobil-mobil yang kurang oke dibandingkan para pesaingnya. Max juga begitu. Perbandingan dengan Senna, saat ia sejauh ini belum punya gelar juara dunia, bermakna luar biasa," beber Coronel.
(krs/mfi)