The Apprrentice: ONE Championship akhirnya tayang juga di Netflix. Ada lima pelajaran bisa dipetik dari reality show tersebut. Apa saja?
Sejak pertama kali ditayangkan secara global di Netflix, Selasa (1/2/2022), acara The Apprentice: ONE Championship menjadi trending di berbagai negara. Di Indonesia, The Apprentice ada di posisi ketujuh.
Lalu, di Singapura, The Apprentice sempat ada di posisi kedua. Sementara di beberapa negara seperti India dan Thailand serta beberapa negara Eropa juga menempatkan acara ini di urutan teratas favorit penonton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, para penikmat Netflix akan diberikan 13 episode menegangkan dan seru dari persaingan para kandidat untuk jadi yang terbaik. Ada lima hal yang bisa dipetik dari reality show yang menggabungkan kekuatan otak dan otot ini:
1. Membaca masalah sebagai peluang
Solusi terbaik untuk berbagai permasalahan dunia kerap datang saat kita bisa membaca masalah yang ada. Ide-ide brilian seperti ojek daring atau video telekonferensi lintas negara mungkin tidak akan muncul jika kemacetan dan pembatasan wilayah tidak terjadi.
Di "The Apprentice: ONE Championship Edition", para kandidat ditantang untuk memecahkan permasalahan yang ada. Di salah satu episode misalnya, mereka harus berinovasi menciptakan produk yang relevan bagi para penggemar yang tak bisa hadir langsung untuk menonton ajang ONE Championship.
2. Menciptakan pesan yang memantik emosi
Setelah menciptakan produk yang relevan, salah satu tantangan terberat setelahnya adalah cara menyampaikan pesan. Produk atau jasa yang kita ciptakan akan menyasar pembeli yang punya rasa dan emosi. Maka sebagus apa pun hasil akhirnya, cara menyampaikan pesan adalah yang utama.
Tak jarang konsumen membeli barang atau jasa hanya karena tersentuh oleh pesan yang disampaikan. Hal ini pun terjadi dalam salah satu episode, di mana para kandidat diminta untuk membuat sebuah video marketing tentang bagaimana sebuah perusahaan penanam modal membantu para pengusaha skala mikro dan menengah.
Dengan era digital yang kian berkembang, maka pesan yang disampaikan akan menyebar secara cepat dari gawai masing-masing penggunanya dan ini bisa jadi kesempatan setiap perusahaan untuk mencuri hati konsumen.
3. Presentasi adalah segalanya
Kita sering mendengar pepatah untuk tidak menilai buku berdasarkan sampulnya. Namun, pada kenyataannya, hal itu tidak selamanya akurat.
Dalam konteks startup, sampul buku bisa diartikan sebagai presentasi - entah itu dalam bentuk verbal ataupun visual. Banyak ide brilian yang tak bisa tereksekusi karena kurang kuatnya cara penyampaian gagasan.
Para investor adalah orang-orang yang sibuk, dan biasanya mereka tak punya banyak waktu untuk mendengarkan presentasi. Sehingga peserta harus bisa memberikan presentasi dengan singkat, padat, dan jelas.
4. Merekrut orang yang tepat
Memilih rekan kerja yang tepat tentu bukan sesuatu yang baru dan berlaku untuk semua perusahaan di berbagai industri. Namun, hal ini terasa semakin vital dalam lingkup perusahaan rintisan karena harfiah pun, mereka tengah mencari bentuk.
Maka dari itu Chatri Sityodtong selaku CEO ONE Championship benar-benar selektif dalam mencari calon pemimpin baru lewat acara The Apprentice ini. Agar nantinya perusahaan yang dipimpin bisa berjalan dengan baik.
Pada akhirnya dua kandidat terbaik The Apprentice harus menjalani sebuah wawancara ketat untuk menentukan visi serta komitmen mereka terhadap pekerjaan yang akan mereka jalani. Setiap kata dari jawaban mereka menjadi sebuah pertimbangan besar.
5. Melihat jauh ke depan
Menjadi perusahaan yang relevan di masa depan adalah target dari setiap perusahaan rintisan. Maka, penting untuk mengetahui seberapa berperan mereka bagi kehidupan masyarakat di masa mendatang.
Topik ini pun selalu jadi pembahasan dari setiap episode di "The Apprentice: ONE Championship Edition." Bukan hanya karena demi keberlangsungan perusahaan, tetapi juga untuk meyakinkan para pemangku kepentingan yang terlibat.