Vinales kesulitan bersaing di baris terdepan sepanjang musim ini. Problem elektronik masih jadi persoalan besar Yamaha, sebagaimana juga dikeluhkan rekan setimnya, Valentino Rossi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan di enam dari tujuh seri pertama, Vinales tak mampu finis lebih baik dari posisi lima.
Hasil ini menurun dari tahun 2017 lalu, di mana Vinales sempat mengawali dengan baik ketika tiga kali juara dari lima seri pertama, kendati pada akhirnya performa Yamaha merosot. Musim lalu, Vinales tujuh kali naik podium dan finis di urutan tiga klasemen kejuaraan dunia.
Bagi Vinales ini merupakan tahun tersulit, terlebih dengan titel juara dunia sudah selalu dalam pikirannya.
"Sejak saya di sini, ya ini yang tersulit. 2012 itu sulit, tapi kan cuma Moto3, tidak sebesar kelas ini. Anda tahu ketika Anda tumbuh, Anda memahami banyak hal, Anda mengerti apa yang benar-benar Anda inginkan, dan yang saya inginkan adalah titel," ujar Vinales dikutip Crash.
"Itu merupakan hal yang paling saya inginkan dalam hidup. Jadi, ketika saya mulai di sini pada 2016, saya merasa saya bisa meraihnya. Bahkan di tahun pertama pada 2017, ketika saya memulai dengan begitu bagus, saya bilang inilah tahun saya. Lalu segala sesuatunya berjalan salah dan salah dan salah. Jadi..."
"Memang selalu sulit, tapi saya mengambil dua musim ini sebagai musim yang membangun, positif, mencoba melupakan momen-momen buruk. Karena pada akhirnya itu membuat saya lebih kuat dan itu membuat saya pebalap yang lebih baik ke depannya. Jadi masih ada banyak tahun untuk dilalui dan saya berharap bisa jadi salah satu yang terhebat," tambahnya.
Vinales kini tinggal berebut posisi tiga klasemen Rossi di Valencia. Mengoleksi 193 poin, Vinales cuma dua poin di belakang sang rekan. (raw/din)