"Tenis itu kan professional. Artinya sebenarnya tuh banyak pemain berbakat Indonesia yang mestinya punya kesempatan untuk bisa main di Wimbledon. Apalagi sektor putri," sahut Angelique menanggapi perkembangan tenis di Indonesia.
Sayangnya, sampai saat ini banyak petenis Indonesia tidak didukung dengan layak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Percuma kalau atletnya ada, kesempatan ada, tapi dananya engga ada. Makanya sebenarnya atlet-atlet junior kita itu butuh pelor untuk bisa melangkah ke tingkat yang lebih tinggi lagi (profesional)," tambah perempuan berusia 29 tahun ini.
Bahkan tak dipungkiri pihak swasta pun kadang tak semudah itu memberi dana segar ke atlet.
"Biasanya kalau perusahaan swasta maunya si atlet berprestasi dulu baru kasih sponsor. Dulu pun waktu saya juara Wimbledon juga begitu. Sponsor datang dengan sendirinya. Tapi kan sebelum itu untungnya saya punya orang tua yang men-support saya untuk sampai ke sana," katanya.
Satu-satunya cara yang mungkin bisa dilakukan adalah selain dengan mengandalkan dukungan pemerintah, juga memperbanyak turnamen di Indonesia.
"Tapi bagaimana, dukungan dari pemerintah saja kurang. Pada zaman saya saja tidak dapat dukungan sama sekali, kecuali doa," selorohnya.
Begitu dengan ketersediaan turnamen tenis. Menurutnya, bisa dibilang saat ini tidak ada sama sekali.
"Kalau begini kan atlet yang tidak punya uang, dia jadi tidak ada kesempatan untuk bertanding atau menaikkan rangkingnya. Padahal bagi seorang petenis untuk bisa sampai Grand Slam paling tidak harus melalui 20 pertandingan dalam satu tahun."
"Intinya antara pemerintah harus mensupport atletnya, sekaligus memperbanyak turnamen di Indonesia. Jadi ada kesempatan untuk pemain Indonesia untuk ikut bertanding," paparnya.
(mcy/din)