Indonesia Open tahun ini harus berpindah tempat karena Istora sedang direnovasi jelang Asian Games 2018. Turnamen level Super Series Premier itu pun akan dihelat di Plenary Hall, JCC, pada 12-18 Juni 2017.
Tantangan besar pun tidak hanya dihadapi panitia penyelenggara, mulai dari angin di lapangan hingga antisipasi membeludaknya jumlah penonton karena venue yang lebih kecil dari Istora. Para pemain dan pelatih pun juga harus pintar-pintar beradaptasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Suasana pasti berisiknya, suasana bla-bla-bla, nah ini penontonnya sedikit, tidak banyak, tidak berisik, tenang. Saya sudah kasih tahu pemain pasti fokusnya lebih ekstra. Gedungnya lebih besar, di Istora agak lebih kecil, suara smes bisa lebih kencang, suara ini beda. Itu kan pengaruh," sambungnya.
[Baca juga: Pemain Diinstruksikan Beradaptasi dengan Cepat di JCC]
Pihak penyelenggara bersama BWF telah menetapkan jadwal latihan bagi para pemain baik tuan rumah maupun atlet internasional. Khusus tuan rumah sudah bisa menjajal lapangan mulai Sabtu (10/6) pukul 12.00 WIB, sementara atlet luar pukul 15.00 WIB. Sementara di hari Minggu (11/6), waktu latihan belum ditentukan.
Bagaimanapun Herry tetap melihat ada plus dan minus dari lapangan yang akan dipakai. Di satu sisi, lapangan yang terbatas membuat jatah waktu adaptasi sedikit. Tapi di sisi lain persaingan disebut Herry jadi lebih kompetitif.
"Kita cuma dapat dua hari, itu pun dibagi tiga lapangan. Jadi mau tak mau ekstra. Karena khusus ganda putra dan ganda campuran hari Minggu, lainnya sudah bisa mulai pakai lapangan besok (Sabtu .red). Dari tiga lapangan kami diberi waktu 1,5 jam saja dan itu pagi hari," kata Herry.
"Ya semua juga sama. Negara lain juga merasakan hal yang sama. Artinya turnamen lebih kompetitif dan fair," tuntasnya.
(mcy/nds)











































