Pemain-pemain tunggal putri Indonesia sudah habis di babak kedua ajang Indonesia Masters 2018. Fitriani menjadi wakil terakhir yang tumbang di babak 16 besar itu.
Dalam perhelatan di Istora, Senayan, Jakarta, 23-28 Januari 2018, Indonesia boleh dibilang sukses. Dari lima nomor yang dipertandingankan, Indonesia berhasil meraih dua gelar juara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari lima nomor yang dipertandingkan, empat nomor ada wakil Indonesia di final. Dua nomor lainnya di ganda campuran dan ganda putri.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga PBSI, Susy Susanti, mengakui jika tunggal putri Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah.
"Untuk tunggal putri kami harus akui bahwa dari semua sektor, tunggal putri yang masih tertinggal," kata Susy kepada pewarta.
"Ini menjadi satu pekerjaan rumah dan memang kalau saya bilang kami kurang bibit untuk tunggal putri sendiri. Terutama setelah kami sempat hilang satu generasi. Jadi untuk menaikkan lagi memang butuh waktu," ujarnya.
Ditambah lagi, kata peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini, bibit yang ada saat ini meski berpotensi tapi tidak ada kemauan.
"Ada juga yang kemauan tinggi tapi tidak ada potensi. Jadi sebetulnya bakat dan kemauan harus beriringan, dan ini menjadi PR kami bagaimana merubah pola pikir dari atlet-atlet tunggal putri menjadi atlet yang pejuang, ulet, berani di lapangan. Itu yang kami cari. Karena melihat dari hasil kita masih kalah, masih kalah," sesalnya.
Dia pun mewanti-wanti atlet tunggal putri untuk bisa berubah dan harus berlari untuk mengejar ketertinggalan.
"Tidak ada itu istilahnya santai menawar latihan, ya berada di zona nyaman, tidak ada lagi," katanya.
"Selain itu, harapan saya dengan adanya pratama, kami sudah bisa memulai dan bisa membina dan juga meningkatkan mereka secara cepat," Susy mengharapkan.
(mcy/cas)