Kemenangan atas Chou Tien-chen di final bulutangkis tunggal putra memastikan medali emas Asian Games menjadi milik Jonatan. Dia membuka baju kemudian berlari ke arah seorang perempuan. Perempuan itu dipeluknya. Erat.
Usai final di Istora, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Selasa (28/8), Jojo menyebut perempuan itu ibundanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka memiliki peran sendiri-sendiri. Di rumah neneknyalah, Jojo tinggal setelah bergabung dengan PB Tangkas. Ayahnya, Andreas Adi Siswa, mengantar jemput Jojo dari rumah ke klub dengan sepeda motornya. Om dan tante mendukung suplemen.
"Mamalah yang paling berat. Beliau yang lebih kasihan lagi. Waktu saya sama mama cuma pendek. Meski sama-sama tinggal di Jakarta, tapi kami cuma bisa ketemu Sabtu dan Minggu selama 12 tahun ini," ujar Jojo.
Semua itu ditempuh Jojo bukan tanpa alasan. Jojo bertekad agar bakat yang dimilikinya, yang diketahui saat dia mengenal bulutangkis di sekolah dasar, tak sia-sia.
"Saya menyadari talenta yang diberikan Tuhan. Saya mau membalas kebaikan demgan berkat ke banyak orang. Dengan talenta yang Tuhan kasih itu saya mau jadi saluran berkat Tuhan," kata Jojo.
"Saya ingin membanggakan Indonesia, mau mempersatukan Indonesia. Sebelum Asian Games banyak isu politik, tahun depan akan pilpres. Cukup sedih juga, fokus ke isu-isu itu kenapa enggak membangun Indonesia agar lebih baik. Salah satunya lewat olahraga," dia menambahkan.