Fitriani, yang sempat menjadi tunggal putri terbaik Indonesia, justru jalan di tempat. Prestasinya dilompati oleh Gregoria Mariska Tunjung.
Saat Gregoria mulai bisa bersaing turnamen BWF super 500 dan di atasnya, Fitriani kadang diturunkan pada turnamen dengan level yang lebih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Susy Susanti, mengatakan setiap atlet memiliki tipe kematangan yang berbeda. Susy menilai Fitriani masih sering ragu.
"Dia masih belum mampu keluar dari, istilahnya, jati dirinya mau jadi apa sih, mau main apa sih, pola apa yang akan dimainkan. Saat bermain ada ketakutan tersendiri," kata Susy kepada pewarta, Senin (22/10).
"Semoga ke depan bisa main lepas. Jangan berpikir takut di-bully atau dibilang jelek. Sudah fokus saja ke lawan yang penting menang," Susy menjelaskan.
"Sebetulnya kalau dibilang keinginan berubah pasti mau. Tapi, saat di lapangan dia selalu kalah di poin kritis. Justru ketegangan, takut diri sendiri, takut berbuat kesalahan itu jadi bumerang dia," ujar dia.
Susy meminta agar Ftriani lebih berani di atas lapangan. Dia juga diminta untuk menambah kecerdikan dalam pertandingan.
"Harusnya dia menambah nekat dan berani di lapangan. Kalau di bilang kan contohnya, Kevin Sanjaya atau Gregoria di lapangan cerdik. Tapi Fitriani ini cenderung ya udah-ya udah. Jadi kurang cepat. Jadi kehati-hatiannya jadi bumerang. Harusnya sedikit dablek di lapangan harus ditambah," ujar dia.
Selama berlatih di pelatnas PBSI, Fitri didampingi psikolog. Selain memoles mental, Fitriani diminta untuk mengasah teknik dan fisik.
"Ini memang perlu latihan tambahan, pukulan ngeloop. Jadi saat latihan ditambah tiga poin atau dua poin, harus fokus di sana, rally tetap bisa colong bola, dan di lapangan harus berani. Tapi kadang memang kami tak bisa menyalahkan. ada proses cepat banget tapi ada juga kalau untuk keluar butuh perjuangan. Memang sudah lama tapi adanya seperti itu untuk putri. Stok kami tak banyak tapi kami berusaha yang terbaik," kata peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini.
"Psikolog ada. Baik untuk tungal putri dan putra tapi memang fokus di ganda untuk komunikasinya mereka. Sementara tunggal harus keluar dari ketakutan tersendiri baik Jonatan maupun Fitriani," ujarnya.
"Kalau keinginan berubah ada. Tapi pelaksanaan di lapangan masih perlu diusahakan, ditingkatkan. Mudahal-mudahan bisa bantu push maksimal," ujar dia.
Terdekat, Fitriani turun di Prancis Terbuka yang berlangsung 23- 28 Oktober 2018. Menarik untuk menanti kiprahnya di ajang BWF Super 750 itu.
(mcy/fem)