KPAI, bersama Yayasan Lentera Anak, mempersalahkan Audisi Umum bulutangkis PB Djarum. Lembaga pemerintah dan LSM itu menuding Djarum, produsen rokok, mengeksploitasi tubuh anak demi kepentingan promosi.
Audisi tersebut sejatinya masih bisa berjalan asalkan melepas logo dan nama brand Djarum. Tak ada titik temu pada tahap ini antara KPAI dan PB Djarum hingga akhirnya audisi dinyatakan tak ada pada tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: KPAI, Oh, KPAI |
Tontowi menyayangkan tuduhan dari KPAI. Dia menegaskan bahwa selama ini PB Djarum berjalan positif terhadap pencarian dan pengembangan atlet. Meski ini bagian dari Corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan rokok, Djarum malah melarang atlet untuk merokok.
"Dari zaman saya dulu nggak ada tuh masalah rokok-rokok begitu. Saya anggap Djarum ya itu bulutangkis. Lagipula di Djarum itu atlet-atlet dilarang merokok, karena bisa dikeluarkan," kata Tontowi, yang merebut medali emas Olimpiade 2016.
"Saya saja (yang sudah di pelatnas) kalau merokok bisa dihukum, dikeluarkan juga. Jadi klub itu tak pernah menekankan atlet-atlet untuk merokok. Mereka justru melarang," sambungnya.
(mcy/ran)