Bayu lolos putaran final audisi dengan cara spesial. Dia meraih Super Tiket di Kudus, Jawa Tengah untuk kategori U-11.
Tapi bukan berarti tempat di PB Djarum sudah didapatkan. Dia harsu memberikan pembuktian dengan bersaing versus ratusan peserta lain di Final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 mulai 20-22 November 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Bayu yang kegirangan. Ibundanya, Sri Sugiyanti (43), sampai berteriak kencang untuk mengungkapkan kegembiraannya saat mendengar nomor 89, nomor yang melekat di punggung Bayu.
"Senang sekali akhirnya bisa mendapatkan Super Tiket," ujar Bayu saat digandeng sang ibu dan memegang Super Tiket.
Beberapa kali Super Tiket itu dilihatnya, kemudian senyumnya mengembang.
"Saya sudah sembilan kali mencoba ikut audisi umum. Baru ini akhirnya lolos dapat Super Tiket," ujar siswa kelas 3 SD 1 Mataram itu.
"Dari audisi di Solo, Surabaya, Kudus, dan lainnya saya ikuti terus," dia menambahkan.
Seingat dia, audisi yang diikutinya yakni sejak Audisi Umum 2016. Begitu di satu kota gagal, dia ikut lagi audisi di kota lainnya. Begitu seterusnya.
Rupanya, dia terinspirasi Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang lolos Audisi Beasiswa Djarum dengan susah payah, namun kemudian mampu menjadi nomor satu dunia.
"Saya ingin seperti Kevin menjadi pebulutangkis kelas dunia," ujar dia.
Sang ibunda Sri Sugiyanti jelas tak mampu menyembunyikan rasa girangnya. Sebab pengorbanan sang anak selama setahun jauh dari orang tua, membuahkan hasil.
"Selama setahun ini, anak saya berada di Kudus, ikut klub PB Master. Latihan di Kudus," katanya.
Dia mengenang jika anaknya mulai menggeluti bulutangkis sejak usia 3 tahun. Dia tak pernah memaksa anaknya akan menjadi seperti apa. Hanya memang tekad anaknya ingin menjadi pebulutangkis dunia membawanya ke Kudus.
"Tidak memaksa anak saya mau suka bulutangkis atau tidak, dia hanya ingin jadi pebulutangkis kelas dunia," kata Sri.
(fem/fem)