Madinah mulai menggeluti bulutangkis sejak kelas 3 Sekolah Dasar. Ayahnya, Irsan Nanang, adalah seorang pelatih, sehingga ia tak asing dengan pemandangan permainan tepok bulu tersebut.
"Saya kan suka ngelatih, pergi (latihan), dia lihat terus tanya, 'Pak, kapan saya latihan? Saya juga mau main'," ujar Irsan menirukan Madinah, kala ditemui di GOR Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (21/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irsan pun mulai melatih sang anak. Hanya saja keterbatasan finansial membuat ia tak mampu membawa sang putri ke lapangan yang baik. Ia membawa Madinah ke lapangan taman kota Kendari.
Lapangan itu memang beratap, tapi berlubang-lubang. Lantainya terbuat dari triplek, yang karena atapnya berlubang, menjadi rusak terkena air.
Kondisi lapangan yang buruk membuat sejumlah orang melemparkan cibiran. Mereka tak yakin latihan di tempat seburuk itu bisa meghasilkan prestasi.
"Saya semangatin Madinah. Saya bilang suatu saat pasti bisa (berprestasi) karena ada yang sebut tempat nggak layak, nggak bisa (berprestasi kalau) latihannya seperti begitu. Taman kota atapnya lubang-lubang, bawahnya basah, triplek jadi hancur," terang pria usia 47 tahun ini.
"Tapi saya bilang, yang penting mau berusaha. Nggak kenapa, mau latihan di China tapi kalau nggak berusaha ya hanya gaya saja, percuma," sambungnya.
Hal terbaiknya, Madinah terlecut ucapan tersebut. Di bulan keenam sejak mulai latihan, ia jadi juara satu di sebuah kejuaraan di Kendari.
"Ya tiga bulan awal latihan itu belum juara kalau lomba. Baru juara pas dia enam bulan latihan, juara satu di Astek Open," jelas Irsan.
Madinah bertekad terus berjuang untuk menjadi atlet bulutangkis profesional. Satu langkah lebih jauh telah dibuatnya, yakni lolos ke final Audisi Bulutangkis PB Djarum.
"Mau jadi juara All England. Mau banggain ayah, soalnya sekarang cuma punya ayah," terang Madinah.
(pay/raw)