Gregoria Mariska Tunjung telah menjalani karantina selama 1,5 bulan di asrama PBSI, Cipayung. Dia merasakan kerinduan yang amat dalam kepada keluarganya.
Wanita atlet bulutangkis itu terpaksa memilih tetap tinggal di asrama PBSI, Cipayung, akibat pandemi virus corona. Di sisi lain, sebagai anak tunggal, Gregoria punya kekhawatiran akan keadaan orangtuanya di masa wabah COVID-19 ini.
"Sekarang jadi sering video call, durasinya bisa sampai sejam lebih, kalau dulu paling sebentar. Sekarang lagi makan, nonton film, semuanya sambil video call dengan bapak dan ibu," kata Gregoria dalam rilis yang diterima detikSport, Jumat (8/5/2020).
"Ada rasa khawatir sama orangtua. Mereka kan anaknya cuma satu, enggak ada lagi yang menjaga, apalagi tinggal di daerah dan jauh dari saya. Jadi sekarang lebih sering komunikasi dan memantau kondisi mereka," bebernya.
Selain kangen orang tua, Gregoria juga mulai merasakan kejenuhan menjalani karantina. Pasalnya, aktivitas yang dilakukan juga cenderung terbatas sehingga membuat emosinya tak stabil.
Mengakali itu, juara dunia junior 2017 itu mengalihkan fokusnya dengan mencoba hal baru, seperti memasak dan belajar alat musik.
"Sekarang jadi lebih sering mengulik apa saja yang dulu enggak sempat (dilakukan). Misalnya mencoba masak yang mudah seperti churros, roti goreng dan nasi goreng. Pernah bikin cheesecake tapi gagal hahaha," jelasnya.
"Saya juga belajar gitar dan piano sama kak Ge (Greysia), tapi tetap enggak bisa, sepertinya saya memang enggak bakat main alat musik," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gregoria juga bercerita mengenai sesi latihan khususnya selama karantina tertutup pelatnas di tengah wabah COVID-19. Porsi latihan fisik yang biasanya selang-seling dengan latihan teknik secara intens. Kali ini hanya berlangsung seminggu dua kali saja dan hanya bertujuan untuk menjaga kebugaran.
(mcy/aff)