Terbilang sudah senior, Greysia Polii masih jadi andalan utama ganda putri. Ini alasan pelatih ganda putri Eng Hian.
Indonesia memiliki satu pasang ganda putri terbaik yang menempati ranking enam dunia, yaitu Greysia/Apriyani. Selain itu, belum ada ganda lainnya yang mampu menyodok.
Pasangan lain di bawah Greysia/Apriyani hanya Siti Fadia Silva/Ribka Sugiarto, yang kini menempati peringkat 34 BWF. Pasangan lainnya merupakan junior yang baru dipromosikan ke utama pada tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi itu secara otomatis memaksa pelatih dan Greysia untuk memikul beban lebih banyak agar bisa mengangkat prestasi pemain muda. Bagaimana pun, Greysia Polii selain punya perjalanan karier yang moncer, saat ini ia berstatus paling senior di sektornya. Usianya juga kini menginjak 33 tahun.
Padahal jika membandingkan dengan sektor ganda putra, kondisi ini terbalik. Saat ini, Indonesia punya tiga pasang ganda putra terbaik yang menempati 10 besar BWF dengan kekuatan yang rata. Menanggapi hal itu, Eng Hian memberi penjelasannya.
"Memang ada sedikit perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Pertama pola pikir pemainnya. Mungkin karena ini sudah jadi budaya di Indonesia, kalau perempuan nanti akan jadi istri dan ibu rumah tangga, jadinya seperti itu. Sudah didoktrin awalnya," kata Eng Hian dalam bincang-bincang dengan pewarta pada Rabu (7/4/2021) melalui Zoom.
Hal kedua, disebutkan pelatih yang karib disapa Koh Didi ini, ialah masa pembinaan pelatnas. Ia masih terkendala dengan sulitnya merealisasikan pola main rangkap kepada pemain muda.
"Saya sebenarnya sudah sangat setuju pemain putri ini main rangkap untuk mendorong kapasitas kualitas mereka supaya lebih cepat. Hal itu sudah dilakukan oleh negara-negara lain," tuturnya.
"Tapi di sini kita sudah terkendala dengan pembagian lima sektor. Ada ganda putri, ganda putra, tunggal putri, tunggal putra, ganda campuran, sudah dikotak-kotakkan. Nah, sampai sekarang belum terpecahkan. Jadi ada sektor yang sudah lebih baik, buat apa main rangkap? Untuk pemain main ada kendala seperti itu.," ujarnya.
Baca juga: Ini Daftar Atlet Pelatnas PBSI 2021 |
"Kalau masalah seperti Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta yang tidak bisa menyamai prestasi Greysia, malah juga sudah kesodok prestasinya dengan Apriyani, kembali lagi beberapa pemain itu ada yang punya motivasi kuat dan ingin juara. Tapi ada juga karena sudah didoktrin pikirannya, kalau tidak jadi hanya jadi istri, tinggal di rumah, jadi merasa sudah aman."
Eng Hian menyadari mengubah konsep pola pikir atlet dengan memperbanyak memberi masukan secara lisan tak akan mudah. Tapi ia menjanjikan hal itu ke depannya bisa terselesaikan seiring dengan program pemain muda yang kini masuk menjadi prioritas PBSI tahun ini.
"Mudah-mudahan dengan apa yang diberikan pimpinan PBSI untuk memberikan program pemain muda bisa diberikan tanggung jawab agar mental pemain muda menjadi lebih kuat, bisa mengerti tujuannya seperti apa?" dia mengharapkan
(mcy/krs)