Kevin Cordon: Awalnya Cinta Sepakbola tapi Bulutangkis Ubah Hidupnya

ADVERTISEMENT

Kevin Cordon: Awalnya Cinta Sepakbola tapi Bulutangkis Ubah Hidupnya

Putra Rusdi K - Sport
Minggu, 01 Agu 2021 17:00 WIB
CHOFU, JAPAN - JULY 29: Kevin Cordon of Team Guatemala reacts as he competes against Mark Caljouw of Team Netherlands during a Men’s Singles Round of 16 match on day six of the Tokyo 2020 Olympic Games at Musashino Forest Sport Plaza on July 29, 2021 in Chofu, Tokyo, Japan. (Photo by Lintao Zhang/Getty Images)
Bulutangkis mengubah jalan hidup Kevin Cordon (Foto: Getty Images/Lintao Zhang)
Tokyo -

Kevin Cordon awalnya menggemari sepakbola sebelum tak sengaja jatuh cinta dengan bulutangkis. Bulutangkis membawanya bikin keajaiban di Olimpiade Tokyo 2020.

Cordon mencuri perhatian banyak pihak usai mampu menembus semifinal cabang bulutangkis nomor tunggal putra Olimpiade. Pada babak semifinal, Ia ditumbangkan andalan Denmark, Viktor Axelsen 18-21, 11-21.

Kalah dari Axelsen, Kevin Cordon bakal memperebutkan medali perunggu dengan melawan Anthony Sinisuka Ginting. Meski gagal melaju ke laga final, Cordon tetap mampu menorehkan sejarah. Ia menjadi pebulutangkis pertama Guatemala yang berhasil menembus semifinal Olimpiade.

Kiprah Cordon di Olimpiade Tokyo 2020 ini memang bak dongeng. Datang dari negara yang tak punya sejarah di bulutangkis, Cordon mengejutkan banyak orang juga di usia yang tak lagi muda yaitu 34 tahun.

Cordon harus melalui jalan yang berliku untuk menorehkan catatan tak terduga ini.

CHOFU, JAPAN - JULY 31: Kevin Cordon of Team Guatemala celebrates as he wins against Heo Kwanghee of Team South Korea during a Men's Singles Quarterfinal match on day eight of the Tokyo 2020 Olympic Games at Musashino Forest Sport Plaza on July 31, 2021 in Chofu, Tokyo, Japan. (Photo by Lintao Zhang/Getty Images)Kevin Cordon (Getty Images/Lintao Zhang)

Cordon Jatuh Cinta dengan Bulutangkis Secara Tak Sengaja

Seperti yang diungkapkan di atas, Guatemala tak punya sejarah di cabang bulutangkis. Hal ini jelas membuat Cordon awalnya tak punya mimpi menjadi seorang pebulutangkis.

Lahir di La Union sebuah desa di Zacapa, Guatemala, Cordon dikelilingi lingkungan yang menggemari sepakbola. Ayah Cordon bahkan menamai anaknya Kevin terinspirasi oleh Kevin Keegan, penyerang timnas Inggris.

Cordon awalnya juga ingin menjadi pesepakbola. Namun, perkenalannya dengan bulutangkis yang tak sengaja mengubah jalannya hidupnya.

"Ayah saya dulu bermain sepak bola, dan saat itu salah satu pemain terbaik di Piala Dunia adalah Kevin Keegan dari Inggris, jadi dia berkata 'Jika saya punya anak, namanya Kevin. Jadi itu sebabnya nama saya berasal dari Bahasa Inggris," ujar Cordon dikutip dari situs resmi BWF.

"Saya juga ingin menjadi pesepakbola dan kemudian bulu tangkis datang ke dalam hidup saya."

Awal perkenalan Cordon dengan bulutangkis dimulai saat pecinta olahraga ini di La Union mengadakan pertandingan persahabatan sekolah Cordon. Ia langsung jatuh cinta dengan bulutangkis dan mulai berlatih. Cordon ternyata berbakat di cabang ini dengan langsung menjuarai turnamen tiga bulan kemudian.

"Saya mengenal bulu tangkis secara tidak sengaja. Saya ke sana, dan saya mulai bermain. Saya mulai berlatih, dan tiga bulan kemudian saya memenangkan turnamen pertama saya," ungkap Cordon pada 2016 lalu kepada AFP.

CHOFU, JAPAN - JULY 29: Kevin Cordon of Team Guatemala celebrates with his coach Muamar Qadafi(left) after his victory against Mark Caljouw of Team Netherlands during a Men's Singles Round of 16 match on day six of the Tokyo 2020 Olympic Games at Musashino Forest Sport Plaza on July 29, 2021 in Chofu, Tokyo, Japan. (Photo by Lintao Zhang/Getty Images)Kevin Cordon (kanan) bersama pelatihnya asal Indonesia, Muamar Qadafi (Getty Images/Lintao Zhang)

Setelah itu, Kevin Cordon memutuskan serius menggeluti bulutangkis. Pengorbanannya begitu luar biasa untuk meraih mimpinya menjadi atlet bulutangkis. Pada usia 12 tahun, Cordon rela pergi sendirian ke Ibukota Guatemala, Guatemala City, yang berjarak 196 km dari La Union untuk meniti jalan mewujudkan mimpinya tersebut.

"Orang tua saya tidak tahu apa-apa tentang bulutangkis, tetapi mereka berkata Jika Anda ingin menjadi pemain bulu tangkis dan mewujudkan impian Anda, pergilah ke ibu kota'," kata Cordon.

"Saya pergi sendiri; Benar-benar sendirian. Federasi mengatakan ada banyak anak kecil dengan bakat besar, dan mereka menyuruh kami pindah ke ibu kota dan berkata, 'Oke, kami akan memberi Anda pelatihan, sekolah, makanan, akomodasi'. Itu sebabnya saya memutuskan untuk pergi."

Segala pengorbanan Cordon kini terbayar dengan capaian di Olimpiade Tokyo 2020. Torehannya tersebut juga bisa menjadi pembuka jalan bagi anak-anak Guatemala lainnya untuk tak takut bermimpi setinggi Cordon di bulutangkis.



Simak Video "Timnas Indonesia U-20 Tumbang Lawan 10 Pemain Guatemala"
[Gambas:Video 20detik]
(pur/aff)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT