Jatuh Bangun Mental Jonatan Christie

Jatuh Bangun Mental Jonatan Christie

Mercy Raya - Sport
Rabu, 20 Okt 2021 16:15 WIB
Jonatan Christie of Indonesia reacts after winning against Denmarks Anders Antonsen during the Thomas Cup mens team semifinal badminton match in Aarhus, Denmark, Saturday, Oct. 16, 2021. (Claus Fisker/Ritzau Scanpix via AP)
Jatuh Bangun Mental Jonatan Christie di Piala Thomas (AP)
Jakarta -

Jonatan Christie mengaku tak mudah mengarungi Piala Thomas kemarin. Mental Jojo sempat down karena kehilangan sang kakak yang meninggal dunia karena Corona.

Jonatan Christie kini tengah berbahagia karena sukses merebut Piala Thomas setelah 19 tahun lama gagal diraih. Keberhasilannya pun menjadi bentuk penghormatan buat sang kakak, Ivan Christie, yang meninggal dunia awal tahun ini karena COVID-19.

Dilansir laman BWF, Jonatan Christie, yang saat itu menjadi penentu kemenangan Indonesia atas China di laga final Piala Thomas 2020 langsung menunjuk ke atas, Surga, sebagai penghormatan kepada saudaranya tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu tahun terakhir memang menjadi tahun yang buruk buat Jonatan. Setelah medali emas Asian Games 2018, ia berhasil tampil mengesankan di tahun berikutnya dengan menjuarai beberapa turnamen, yakni New Zealand Open 2019 dan Australia Open 2019.

Tapi memasuki musim 2020 seluruh turnamen terhenti karena pandemi COVID-19. Ia juga harus menghadapi trauma kematian kakak laki-lakinya Ivan di awal tahun.

ADVERTISEMENT

Setelah kepergian kakaknya, Jonatan Christie tampil tidak maksimal di sejumlah turnamen. Setelah kerap tersingkir di babak-babak awal Asian Leg, di Olimpiade Tokyo Jonatan terhenti di babak gugur oleh wakil China, Shi Yu Qi, dua gim langsung 11-21, 9-21.

"Setelah Olimpiade saya merasa kepercayaan diri saya tidak baik," kata Jonatan.

"Saya berbicara dengan pelatih dan keluarga tentang bagaimana mengembalikan performa saya. Kami juga berbicara dengan psikolog, mereka memberi beberapa tips untuk meningkatkan performa saya. Saya senang melihat Anthony (Ginting) mendapatkan perunggu, dan pada saat yang sama saya memotivasi diri saya sendiri," kata Jonatan.

Indonesia's Jonathan Christie plays against Aram Mahmoud of the Refugee Olympic Team during their men's singles badminton match at the 2020 Summer Olympics, Saturday, July 24, 2021, in Tokyo, Japan. (AP Photo/Dita Alangkara)Jonatan Christie yang tak bisa berbicara banyak di Olimpiade Tokyo (AP/Dita Alangkara)

Tapi ternyata di Piala Sudirman ia belum bisa mengatasi keterpurukannya. Pada babak penyisihan Grup C, Jonatan harus mengakui keunggulan pemain muda Kanada, Brian Yang, dalam permainan tiga gim. Ia takluk dengan skor 21-9, 20-22, 18-21 atas Yang.

Sampai akhirnya Jonatan mampu bangkit di Piala Thomas. Ia hanya mengalami satu kekalahan di babak penyisihan Grup A saat menghadapi pemain Thailand Kunlavut Vitidsarn. Dia kalah dua gim 10-21, 14-21 dalam waktu 47 menit.

(Halaman selanjutnya: Tim Indonesia melatih keras staminanya)

"Sebelum kami berangkat ke Piala Sudirman dan Piala Thomas, kami tahu jadwalnya, kami tahu kami memiliki turnamen beruntun. Pelatih mendorong saya dan yang lainnya untuk berlatih lebih keras, terutama untuk meningkatkan kemampuan fisik kami." katanya.

"Saya hanya harus menjaga motivasi saya stabil dulu. Sebelum turnamen ini, saya merasa tidak nyaman dengan penampilan dan ambisi saya. Saya harus mengembalikan motivasi dan performa saya."

Bukti dari peningkatan fisik Jonatan Christie pun terlihat jelas saat tampil perempatfinal Piala Thomas. Ia bermain selama 75 menit saat menghadapi pebulutangkis Malaysia Ng Tze Yong.

Keesokan harinya, ia kembali mengalahkan Anders Antonsen dalam waktu 100 menit, sekaligus membuka jalan untuk mengalahkan tim favorit tuan rumah.

Jonatan kembali menjadi andalan saat menghadapi China di partai final. Dia melawan Li Shi Feng dengan permainan yang berlangsung dalam durasi 82 menit. Sekaligus membawa Indonesia menjadi juara Piala Thomas 2020.

"Ini pencapaian terbesar bagi saya, lebih besar dari Asian Games," katanya.


Hide Ads