Boccia merupakan olahraga lempar bola untuk penyandang disabilitas celebral palsy (CP). CP merupakan gangguan sistem saraf otak, yang menggangu sistem motorik seseorang.
Cara bermainnya cukup sederhana. Adu lempar bola sampai ada pemenang, satu gim biasanya digelar dalam empat set.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin yang didapat ditentukan dari lemparan siapa, dalam enam kesempatan, yang paling dekat dengan jack.
Ada enam kelas dalam boccia. Bc 1 klasifikasinya penyandang CP yang memerlukan bantuan asisten saat bertanding. Bc2 tak memerlukan bantuan asisten.
Bc 3 merupakan penyandang CP berat, yang perlu alat bantu untuk meluncurkan bola. Sementara Bc 4 itu merupakan non-CP yang mempunyai gangguan pada keempat anggota tubuhnya.
Uji tanding ini merupakan yang pertama sejak timnas Boccia dibentuk pada Januari lalu. Mereka mengasah kemampuan di bawah asuhan pelatih Sigit, yang dibantu oleh Adrian dan Fafa.
Atlet Indonesia yang berangkat ada 5 orang. Fanny (Bc 1), Bintang, Fendi, Afrizal (Bc 2), dan Rizky (Bc 4). Mereka akan bertanding melawan tim-tim Boccia Malaysia, Sabtu (7/4/2018), di Pusat Kecemerlangan Paralimpik Majeles Sukan Negara, Jalan Perwira 55100 Kampung Pandan, Kuala Lumpur.
Manajer timnas Boccia, dr Ferry Kustono, menyebut ajang ini akan dijadikan sarana menambah pengalaman para atletnya.
"Ini menambah pengalaman dan menjadi tolok ukur para atlet setelah berlatih tiga bulan. Apalagi kami bisa dapat pengalaman berharga dari Malaysia, yang sudah menekuni Boccia selama delapan tahun," kata pria yang juga menjabat sebagai direktur RSUD Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, itu.
Penyelenggara ekshibisi Boccia ini ada 4. National Sport Council of Malaysia (devisi paralympic), National Paralympic Comittee Of Indonesia, Persatuan Boccia Malaysia, dan Yayasan Maria Monique Lastwish (Teman Boccia).
Timnas Boccia bertolak ke Kuala Lumpur, Jumat (6/4), dengan dukungan dari Teman Boccia. Natalia S. Tjahja dari pihak Teman Boccia mengungkap alasan dia mau menggagas ekshibisi ini.
"Ini merupakan olahraga yang luar biasa, di mana anak-anak Tuhan yang sangat dicintai dengan kondisi celebral palsy bisa mempunyai olahraga, mempunyai cahaya hidup -buat saya seperti cahaya, bisa bertanding mewakili negara," kata Natalia kepada detikSport.
"Saya ingin boccia dikenal orang sebanyak-banyaknya hingga mereka bisa care sama olahraga tersebut karena anak-anak celebral palsy layak mendapat karpet merah di manapun mereka berada."
"Saya kenal boccia dari November 2017, dikenalkan dari Malaysia. Persatuan Boccia Malaysia menanyakan apakan boccia akan dipertandingkan di Asian Paragames (Indonesia tuan rumah)."
"Saya kembali ke Indonesia, akhirnya bertemu dengan NPC Indonesia. Saya datang ke Solo, merasa mempunyai misi yang sama. Saya merasa klik, apalagi didukung oleh presiden NPC Indonesia, Senny Marbun. Beliau sangat baik dan bijaksana."
"Saya merasa mereka seperti keluarga, jadi saya pun tak ragu untuk membantu," dia menambahkan.
(cas/mfi)