Eko, 29 tahun, sudah bergabung dengan pelatnas saat masih pada kategori remaja. Saat itu, Eko berusia 16 tahun.
Waktu itu, Eko bersaing memperebutkan tempat utama dengan lifter senior ke Asian Games 2006 Doha. Lifter asal Lampung itu lolos skuat utama dan terbang ke Doha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya cuma berpikir bisa dapat uang saku untuk membantu keluarga. Saya ingat betul pelatih di sasana (di Lampung) bilang lalau bisa masuk pelatnas maka akan ada uang saku," ujar Eko dalam wawancara One on One.
Lolos ke Asian Games, Eko belum bisa berbuat banyak. Dia finis di peringkat keenam.
Tapi, sejak itu Eko bisa membaca persaingan di tingkat senior. Eko juga bisa membantu kedua orang tuanya di Lampung lewat uang saku yang didapatkan jika mampu konsisten berada di pelatnas.
Seiring dengan kian terbukanya keran uang saku, yang berimbas kepada keamanan dapur di rumah, Eko menyadari harus membayar nominal yang diterima dengan keringatnya. Uang saku itu bisa berhenti jika dia loyo.
"Kalau gagal di turnamen, saya enggak merasa ngedrop. Tapi, malu. Kami, atlet, sudah diberangkatkan ke turnamen itu kan diharapkan untuk bisa meraih medali, mendapatkan gelar juara," kata Eko dalam wawancara One on One dengan detikSport.
"Kami pergi dengan uang Kemenpora, uang negara, yang artinya itu uang masyarakat. Karena itu uang masyarakat maka menjadi tanggung jawab kami, itu pemikiran saya ya, untuk meraih medali," dia menambahkan.
"Kalau pulang enggak bawa rasanya gimana ya? Sepertinya kok enggak bertanggung jawab," ujar pemilik empat medali SEA Games itu.