Senam dan wushu tak bisa segera memasang peralatan kompetisi di JIEXPO Kemayoran hingga lima hari menjelang Asian Games 2018. Sebagian kontainer tertahan di Pelabuhan Tanjung Priuk dan sebagian lain sudah tiba di venue namun tak bisa dibuka.
Dari 26 kontainer yang berisi peralatan cabang olahraga senam, baru tujuh kontainer yang sampai di JIEXPO. Di antara tujuh kontainer itu, baru empat kontainer yang bisa dibuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
INASGOC segera meninjau JIEXPO Senin (13/8) sore. Hadir Wakil Ketua Umum INASGOC Sjafrie Sjamsoeddin, Deputi I Bidang Games Operations INASGOC Harry Warganegara, dan Direktur Sports INASGOC Wisnu Wardhana.
Dari pantauan detikSport, Sjafrie dan kepanitiannya meninjau langsung venue hingga ke area belakang pengangkutan kontainer. Mereka ingin memastikan langsung kontainer berisi peralatan kompetisi bisa dibuka dan terpasang.
Sjafrie optimistis peralatan tanding bisa terpasang sesuai jadwal, yaitu, 15 Agustus 2018. Dia juga menepis kabar kontainer tidak bisa dibuka lantaran ada masalah administrasi pembayaran dari vendor ke bea cukai. Menurutnya, hal itu sudah diselesaikan dalam watu 1x24 jam oleh INASGOC.
"Masing-masing cabang olahraga itu memiliki hari kesiapannya sendiri-sendiri. Nah, seperti ini (senam) dia minta tanggal 15 set up semua. Oleh karena itu seluruh peralatan kami akselerasi semua masuk. Sekarang 34 kontainer untuk senam dan wushu yang merupakan persyaratan sudah masuk. Setelah itu yang berikutnya adalah scoring juga," ujar Sjafrie.
"Tidak. Seluruh pembayaran/kewajiban diselesaikan dalam 1 kali 24 jam kemarin. Itu saya kendalikan langsung," katanya.
"Mestinya setelah dibayar (bisa dibuka) karena akan ada yang namanya Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). PPHP itu yang akan melihat di sana. Tapi itu persyaratan normal untuk akuntabilitas. Tidak ada kaitannya dengan teknis," dia menjelaskan.
Sjafrie menegaskan akan memberi peringatan khusus kepada vendor-vendor yang tidak profesional menjalankan kewajibannya sesuai kontrak dengan INASGOC. Dari jumlah vendor yang lebih dari 100-an, 20 persennya dinilai bermasalah.
"Saya akan buat laporan yang tidak kredibel. Dari bidang administrasi, dalam menepati kontrak dsb," ujar Sjafrie tanpa menjelaskan detail siapa vendornya.
"Saya tak punya hak mengganti tapi saya akan bilang vendor ini tidak layak bekerjasama dengan pemerintah," dia menegaskan.
"Keterlambatan itu karena pengurusan di pelabuhan oleh vendor. Alat sebenarnya sudah sampai sini sejak 10 hari yang lalu. Tapi vendornya yang saya lihat kehabisan modal lah. Karena jika menyesuaikan dengan regulasi vendor harusnya mereka sudah tahu konsekuensinya. Artinya, dalam menalangi bahkan sampai bongkar muatan. Jadi menurut saya vendor tidak profesional," Harry menimpali.
(mcy/fem)