Keunggulan 77 poin atas Andrea Dovizioso melapangkan jalan Marquez untuk menggenggam gelar juara dunia MotoGP musim ini. Sebuah kemenangan sudah cukup bagi Marquez untuk mengunci gelar juara. Adalah MotoGP Jepang di Motegi pada 21 Oktober sebagai ajang terdekat untuk menahbiskan gelar juara itu. Bahkan, andaikata tidak menang pun, peluang Marquez untuk menjadi juara terbuka asal finis di depan rider Ducati itu.
Marquez memiliki kenangan manis di Motegi. Sepanjang kariernya, Motegi dua kali menjadi 'saksi' Marquez memenangi titel juara. Yang pertama, pada 2014. Ketika itu, Marquez start dari urutan keempat mampu finis kedua di belakang Jorge Lorenzo untuk memastikan gelar juara dunia kedua berturut-turut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua tahun berselang, Jepang kembali menjadi saksi Marquez meraih titel MotoGP ketiganya. Balapan lebih mudah bagi Marquez karena dua pesaingnya Valentino Rossi dan Maverick Vinales sama-sama crash di putaran awal.
Marquez mengungkapkan bahwa dia tidak memaksa harus juara di Jepang. Sebab, masih akan ada tiga balapan sisa.
"Perasaanku di sini kurang lebih sama (dengan yang sudah-sudah) dan tentu saja, mungkin 2014 adalah cara terbaik untuk menang di sini karena situasinya sedikit lebih baik. Pasalnya sedikit lebih sulit di 2016, tapi ketika itu sesuatu yang kami tidak sangka dan segalanya terjadi pada hari Minggu," sahut Marquez dalam konferensi pers dikutip Crash.
"Aku memenangi balapan dan kedua rider Yamaha jatuh. Jadi, itu adalah sesuatu yang tidak biasa," kata dia.
"Tapi, hal itu terjadi dan tahun ini kami akan mencoba untuk mengulanginya, tapi ini kan bukan balapan terakhir - bukan balapan di Valencia dan rasanya tidak sama seperti tahuun lalu di Valencia ketika itu adalah peluang terakhir, kesempatan terakhir," ujar dia.
"Di sini, Anda perlu tahu bahwa Anda perlu fokus untuk memenangi balapan; Anda bisa mengambil lebih banyak risiko atau memakai cara lain karena Anda memiliki lebih banyak kesempatan di balapan-balapan berikutnya," Marquez menambahkan.
(rin/cas)