Kejuaraan Dunia Angkat Besi akan berlangsung di Ashgabat, Turkmenistan, pada 1-10 November. Ajang itu menjadi amat penting bagi lifter nasional karena sekaligus menjadi kualifikasi menuju Olimpiade 2020 Tokyo.
Makanya, pengurus Besar Persatuan Angkat Berat dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) menghindari kecerobohan yang dibuat di Asian Games 2018. Ya, akibat keteledoran itu, peluang medali dari kelas 69 kg milik Triyatno lepas karena ada kesalahpahaman antara pelatih dan atlet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Triyatno sudah pulih. Kami bantu dengan psikolog (untuk mentalnya) dan masseur serta terapis," kata manajer tim angkat besi Sonny Kasiran, saat dihubungi pewarta pada Selasa (23/10/2018).
"Kami juga antisipasi kejadian itu agar tidak terulang. Saya selaku manajer akan ikut mengontrol atlet dan pelatih saat kejuaraan berlangsung," dia menambahkan.
Hanya dia mengingatkan saat di ruang pemanasan tidak semua ofisal bisa masuk ke dalam.
"Kejadian seperti itu, di mana pun, negara manapun, pasti pernah mengalaminya. Kami akan mengantisipasinya. Tapi tidak akan selalu (manajer ada). Karena ada aturan mainnya. Jumlah orang di sana terbatas. Satu atlet 3 pendamping. 2 Atlet 4 pendamping. Jadi tidak bisa asal masuk karena bisa penuh seperti pasar nantinya. Tapi jika dibutuhkan harus ke sana," dia menjelaskan.
Di sisi lain, kata Sonny, persiapan atletnya saat ini terus digeber. Terlebih waktu yang tersisa tinggal sepekan.
"Iya. Tapi saya percaya masih ada tenaga anak-anak. Soal kelas baru semua negara pasti mengalaminya. Tapi bagi Indonesia (persiangan) tidak berbeda jauh," ujar dia.
. (mcy/fem)