Mulai 2019, Marquez akan bertandem dengan Lorenzo, yang menggantikan Dani Pedrosa usai pensiun di akhir 2018. Sama-sama kompetitif dan berstatus juara dunia, persaingan kedua pebalap digadang-gadang akan semakin runcing.
Apalagi, Lorenzo dan Marquez sempat bertarung sengit dalam beberapa balapan di musim ini. Sedangkan saat jatuh di Aragon, Lorenzo menyalahkan manuver Marquez.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tensi yang demikian pernah terjadi di balap F1 pada era 80an saat Senna dan Prost bernaung dalam McLaren. Saking sengitnya, keduanya juga tidak akur di luar lintasan.
Setelah dua musim penuh ketegangan, Prost akhirnya hengkang dengan bergabung Ferrari pada 1990. Namun, perselisihan di antara keduanya masih berlangsung.
"Kurasa tensi antara Jorge dan aku tidak akan seperti Ayrton dan Alain," Marquez mengatakan dilansir GPOne. "Sudah tentu, setiap pebalap ingin memenangi titel juara dan berada di depan. Masing-masing dari kami akan mencoba dan merebut 100 persen."
"Di luar lintasan, kami masih akan menjadi rekan setim. Sampai sekarang, Lorenzo dan aku telah sempat melakoni balapan-balapan berat di Austria, dan di Brno, dan kami tetap menjaga hubungan profesional. Dia itu serius, dan lebih dewasa ketimbang aku, dia lebih berpengalaman."
Di musim terakhirnya di Ducati, hubungan Lorenzo dan Andrea Dovizioso tidak berakhir baik. Kedua pebalap terlibat perang komentar, terkait absennya Lorenzo di beberapa balapan karena cedera.
"Pada akhirnya, lintasan adalah satu hal, dan di luar lintasan adalah hal lain lagi, dan kuharap akan memilih hubungan yang lebih baik dengan Jorge daripada Dovizioso dengan dia," Marquez menambahkan. (rin/cas)