PB Djarum menggelar audisi beasiswa bulutangkis yang pada hari Minggu 28 Juli 2019 di GOR KONI Bandung. KPAI menilai ajang itu sebagai sebuah bentuk kegiatan eksploitasi anak secara terselubung oleh industri rokok.
"Tanggapan saya sudah jelas, padat singkat. Bahwa, terkait aktivitas promosi rokok itu, tidak ada sama sekali. Tidak ada sama sekali. Jadi, publik bisa melihat di lokasi, wartawan juga bisa melihat, termasuk KPAI juga bisa melihat sendiri," kata Yoppy Rosimim, program director Bakti Olahraga Djarum Foundation, yang ditemui awak media di GOR Djarum, Jati, Kudus, Rabu (31/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ndak ada kaitannya. Seleksi tetap jalan. Kita juga sudah selalu mengikuti regulasi perizinan kita juga sudah tempuh. Sepanjang itu tidak ada regulasi yang melarang, kita jalankan," ujarnya.
"Belum ada pertemuan dengan KPAI. Siap kalau dipanggil. Kami pernah bertemu beberapa bulan yang lalu. Dan sepakat untuk tidak sepakat. Karena persepsi mereka dengan persepsi kita, berbeda," ujarnya.
Menurut Yoppy, jalan keluarnya adalah harus ada pihak yang menjembatani. Karena perbedaan persepsi, kata dia harus ada pihak yang paham dengan persepsi PB Djarum, maupun persepsi KPAI.
"Persepsi Yayasan Lentera Anak dengan Yayasan Djarum atau Djarum Foundation berbeda. Jadi, enggak ketemu. Jadi, harus ada pihak ketiga yang menengahi ini. Mana yang benar," dia mengungkapkan.
"Brand Djarum, Djarum apa?" ujar Yoppy.
"Kata Djarum yang ada di kaus ini adalah nama klub kita, Djarum Foundation, Djarum Badminton Club. Saat ketemu, tolong melihat cermat, kami menyebutnya pelan-pelan 'Djarum Badminton Club, bukan Djarum black, bukan Djarum rokok, clear," Yoppy menjelaskan.
Djarum Foundation kembali menyelenggarakan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019. Tahun ini, rangkaian seleksi digelar di lima kota yakni Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo dan Kudus.
(fem/fem)