Rusia Terancam Tak Boleh Ikut Semua Event Olahraga

Rusia Terancam Tak Boleh Ikut Semua Event Olahraga

Randy Prasatya - Sport
Selasa, 24 Sep 2019 17:35 WIB
Rusia terancam tak bisa ikut event olahraga apapun. (Foto: Ryan Pierse/Getty Images)
Jakarta - Rusia terancam tak bisa ikut ajang olahraga multi-event apapun. Hal itu dipicu dari temuan Agensi Anti-Doping Dunia (WADA) atas ketidakkonsistenan dalam data yang diberikan laboratorium di Moskow, Rusia, terkait doping atlet.

Rusia menyerahkan data dari laboratorium Moskow pada Januari lalu sebagai syarat reintegrasi ke dalam cabang olahraga, setelah hukuman tiga tahun atas program doping yang disponsori negara.

Tetapi pada Senin (23/9/2019), WADA mengatakan telah menemukan ketidakkonsistenan data dari 24 terabyte yang diperiksa. Rusia terancam ikut olahraga multi-event dan juga menjadi tuan rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada bukti bahwa data ini telah dihapus. Kami perlu memahami dari pihak berwenang Rusia apa penjelasan mereka," kata petinggi WADA, Jonathan Taylor, kepada BBC Sport.

Dampak yang sudah terlihat dari kasus ini adalah Asosiasi Federasi Atlet Dunia (IAAF) tidak mengizinkan atlet Rusia turun bertanding di Kejuaraan Dunia Atletik yang bakal digelar di Doha, Qatar, mulai 27 September mendatang.

"Kami menyadari tuduhan manipulasi data dan bahwa penyelidikan sedang berlangsung," kata kepala Satuan Tugas IAAF, Rune Andersen, yang dikutip dari Reuters.

"Mengingat bahwa gugus tugas merekomendasikan agar RUSAF (Federasi Atletik Rusia) tidak dipulihkan dan dewan IAAF dengan suara bulat setuju," tegasnya.

Bagi WADA, kasus ketidakkonsistenan data ini bukan hal yang memalukan. Justru ini cuma sebatas mengecewakan lantaran seperti ada sesuatu yang disembunyikan.

"Saya pikir ini mengecewakan tetapi saya tidak berpikir itu memalukan karena inti dari ini adalah untuk mendapatkan akses ke informasi sehingga kami kemudian dapat mengumpulkan kasus-kasus yang dapat dituntut federasi internasional terhadap atlet yang telah melakukan kecurangan," kata Presiden WADA, Craig Reedie, dikutip dari Reuters.





(ran/din)

Hide Ads