Kegeraman Richard dipicu sikap insidipliner sejumlah atletnya. Mereka diketahui keluar malam dengan menyalahgunakan surat izin, sementara prestasi belakangan terus menurun.
Teranyar di China Open 2019, Praveen Jordan/Melati Daeva Octavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja kandas di babak pertama. Padahal targetnya adalah semifinal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Richard pada awalnya cuma mencoba mengakomodasi kebutuhan atlet generasi muda dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Ia pun melonggarkan aturan, tapi tak menyangka bakal dimanfaatkan dengan keliru.
"Kalau saya lihat mereka tidak ada tanggung jawab dengan diri sendiri. Kami ikuti alur mereka, ternyata mereka keenakan, kasih hati minta jantung. Ya itu kelengahan saya juga," kata Richard ketika ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
"Coba lihat Tontowi kalau telat, dia sudah langsung setengah lari (masuk pelatnas). Sementara itu, anak-anak lain kalau telat, malah santai."
"Pemanasan juga begitu. Ketika disuruh tiga kali baru bergerak. Saya tidak mau menjelekkan atlet saya, tapi sekarang kita lihat, bahwa inilah kendala di pemain kami," dia menjelaskan.
Saudara kandung Rexy Mainaky ini mengakui jika insiden semacam ini juga jadi tanggung jawabnya sebagai pelatih. Tetapi ia mengingatkan agara atlet bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
"Mereka bisa masuk delapan besar tapi karena tidak bertanggung jawab atas dirinya, akhirnya terus turun," sesal pelatih dengan julukan bertangan besi ini.
Lanjut ke halaman berikutnya