Kejuaraan Dunia Angkat Besi dilangsungkan 18-27 September 2019 di Pattaya, Thailand. Di kejuaraan yang juga sebagai kualifikasi Olimpiade itu, Indonesia turun di tujuh kela, dan berhasil mempersembahkan satu emas dan perunggu dari Lisa Setiawati di kelas 45 kg. Dua perak dipersembahkan Eko Yuli Irawan di kelas 61 kg.
Kendati tak meraih medali Windy Cantika Aisah juga diganjar bonus. Sebab, dia berhasil mempertajam rekor nasional, dengan catatan total angkatan 182 kg, snatch 82 kg dan clean and jerk menjadi 100 kg. Dia memecahkan rekornya sendiri, yang dibuat di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Junior pada Juli, dengan total angkatan 179 kg, rincian 81 kg untuk angkatan snatch dan 98 kg untuk clean and jerk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PABBSI menggelontorkan bonus sebesar Rp 25 juta kepada masing-masing atlet. Selain mereka, lima pelatih diganjar bonus sebesar Rp 5 juta.
"Ya memang mereka baru menyelesaikan kejuaraan di Pattaya, alhamdullilah mereka berprestasi tidak hanya emas, tapi pertajam rekor juga dari Cantika," kata Ketua PB PABBSI, Rosan P Roeslani, di Mess Kwini, Kwitang, Selasa (15/10/2019).
Rosan mengatakan sejak awal PABBSI memang sengaja tak menginformasikan terkait pemberian apresiasi ini kepada atlet untuk memacu rasa semangat mereka mengibarkan Merah Putih. Apalagi, ajang ini sebagai bagian dari Kualfikasi Olimpiade 2020 Tokyo.
"Kami tak mengutarakan dari awal supaya mereka berjuang demi Merah Putih dulu. Mereka yang turun di Pattaya itu kan tidak hanya lifter senior, tetapi ada yang muda juga. Seperti Cantika itu berusia 17 tahun, jadi memang kami sengaja siapkan untuk ke depannya," ujar dia.
"Pelapis ini yang harus disiapkan sejak awal karena kami tidak hanya berbicara untuk tahun depan, atau SEA Games 2019 Filipina, melainkan Olimpiade 2024. Untuk itu, kami menyiapkan pelatnasnya pun berkesinambungan," Rosan menambahkan.
Rosan juga optimistis dengan dukungan pemerintah dan pelatnas berjenjang prestasi angkat besi Indonesia bakal terus meningkat.
Pede Satu Emas di Olimpiade 2020
Hasil di Pattaya juga meningkatkan kepercayaan diri PB PABBSI menuju Olimpiade 2020 di Tokyo. Meski lifter andalannya Eko Yuli meraih medali perak. Menurutnya, target satu medali emas bisa tercapai.
Berdasarkan IWF.net, saat ini Indonesia baru mengamankan satu tiket Olimpiade sementara atas nama Eko Yuli. Dia menempati peringkat dua di kelas 61 kg, di bawah lifter China Li Fabin, yang berada di peringkat satu.
Sementara lifter lainnya, Deni di kelas 67 kg berada di peringkat 13. Butuh naik enam peringkat jika ingin amankan tiket. Sebagai gambaran, masing-masing kelas angkat besi hanya diwakili satu atlet dan masuk dalam delapan besar.
Di kelas 73 kg, Triyatno berada di peringkat 21 dan Erwin Rahmat Abdullah berada di peringkat ke-24.
Khusus kategori putri, Windy Cantika berada di peringkat 11 kelas 49 kg. Dia harus bersaing dengan lifter putri China Hou Zhihui dan Jiang Huihua dan Korea, Ri Song Gum, yang menempati peringkat tiga besar ranking kualifikasi Olimpiade. Di kelah +87, Nurul Akmal berada di peringkat 13 kualifikasi Olimpiade.
"Saya optimistis. Sejak awal kami mencanangkan target satu medali emas di Olimpiade 2020 dan dua medali emas di 2024. Makanya, kami siapkan semua dari segi mental, fisik, pelatnas langsung lima tahun, jadi perubahan ini yang kami lakukan dan kami lihat hasilnya bagus," kata Rosan.
(mcy/fem)