Bersama Melati, Praveen menggondol dua gelar juara sekaligus dari tur Eropa. Praveen mengukir tinta emas pertama di Denmark Open. Pasangan nomor lima dunia itu mengalahkan unggulan kedua yang juga dari China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, di partai final 21-18, 18-21, dan 21-19. Kemudian, mereka menjadi juara French Open usai mengalahkan Zheng Siwei/Huang Ya Qiong di final French Open dalam pertandingan rubber game 22-24, 21-16, 21-12.
Padahal pada turnamen-turnamen sebelumnya, keduanya selalu sukses melaju di puncak. Tetapi, Praveen/Melati antiklimaks dan mentok sebagai runner-up pada empat turnamen, yakni di India Open, Selandia Baru Open, Australia Open, Japan Open.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemenangan ini mengartikan saya dan Melati bisa dan targetnya harus lebih tinggi lagi. Jangan mau juara level 750 dua kali saja. Menurut saya itu masih terlalu kecil," kata Praveen di Pelatnas PBSI, Cipayung, Kamis (31/10/2019).
"Selain itu, buat ke depannya juga masih banyak turnamen besar dan puncaknya di Olimpiade. Semoga bisa mendapat emas," dia menambahkan.
"Tahun ini kami sudah empat kali final dan runner sampai ada yang mengecap pasangan runner runner up. Kami cuma ingin membuktikan saja sih," Praveen menegaskan.
Usai mengemas dua gelar, Ucok, panggilan karib Praveen Jordan, enggan jemawa. Dia juga tak ingin terlalu berlebihan menanggapi catatan emasnya.
"Senang saja, senang yang tidak lebay (berlebihan), senang, cukup senang. Yang saya rasakan sekarang sudah dis atu titik, masa sudah mendapat emas saya buang. Ya, berusaha untuk lebih konsisten saja," dia menjelaskan.
(fem/fem)