UAS Sebut Catur Haram, Kemenpora: Berpikir dan Kesabaran Itu Ajaran Agama

UAS Sebut Catur Haram, Kemenpora: Berpikir dan Kesabaran Itu Ajaran Agama

Mercy Raya - Sport
Jumat, 22 Nov 2019 16:59 WIB
Catur dipertandingkan di Asian Para Games 2018 Jakarta. (Setiyo/INAPGOC)
Jakarta - Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto merespons penilaian Ustaz Abdul Somad (UAS) tentang catur hukumnya haram. Gatot bilang sisi positif catur justru sesuai ajaran agama.

Dalam ceramahnya, UAS menyepakati bahwa catur adalah permainan yang mubazir waktu. Dia juga bilang jika tak sepakat catur masuk dalam cabang olahraga karena bukan mengandalkan ketangkasan.

"Saya belum tahu, belum dapat info. Sejauh ini jangan melihat semua aktivitas termasuk olahraga dalam artian haram dan halal. Kalau begitu caranya, nanti kalau ada olahraga yang berpotensi dijudikan berarti itu haram. Kan nggak seperti itu," kata Gatot kepada detikSport, Jumat (22/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gatot menilai catur mengandung berbagai esensi termasuk kesabaran seperti yang diajarkan oleh seluruh agama. Dia khawatir seluruh olahraga, karena kerap dikaitkan dengan taruhan skor, akan dianggap haram.

"Jangan lihat olahraga dari aspek satu sisi lah. itu kan catur ada esensi berpikir, ada esensi kesabaran. Di agama juga diajarkan berpikir dan kesabaran. Ada olah fisik juga di situ," dia menjelaskan.

"Saya tak bilang menyayangkan (bahwa catur diharamkan) tapi soal komentar lihatlah secara multidimensi. Olahraga itu jangan dilihat dari satu sisi itu sendiri. Kalau mau dilihat jadi barang haram, semua olahraga nanti dianggap berjudi. Ada pertarungan menang dan kalah jadinya judi. Nanti tak ada olahraga dong di muka bumi," kata Gatot.

"Jadi enggak (haram) ya. Bahkan, selama ini para pemimpin di Timur Tengah pun di sana tak pernah menyebut catur sebagai barang haram. Di sana kan ada organisasi catur juga," Gatot mengungkapkan.

Lantas, apakah Kemenpora bakal mengambil langkah tertentu terkait penilaian haram terhadap catur?

"Terkait langkah lain sih tidak ada ya, tidak usah digubris. Masih banyak energi lain yang bisa digunakan untuk menaikkan prestasi olahraga," dia mengimbau.




(mcy/fem)

Hide Ads