Pebalap Italia itu finis runner-up untuk ketiga kalinya berturut-turut di belakang Marquez. Sebanyak 269 poin dihasilkan Dovizioso di klasemen akhir, berjarak lebih dari 150 poin dari rival beratnya itu dan unggul 58 poin dari Maverick Vinales di peringkat ketiga.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Marquez menciptakan performa gila di sepanjang musim ini. Pebalap Repsol Honda itu membukukan 12 kemenangan dan tidak pernah gagal finis dua besar dalam 18 balapan yang dituntaskan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, Marquez tanpa kesulitan merebut gelar juara dunia kedelapan dengan rekor poin 420 plus membantu Honda nyapu bersih gelar konstruktor dan tim. Dovizioso menilai musim 2019 jadi musim yang aneh untuk dia. Namun, ada sisi positif yang bisa diambil setelah menorehkan raihan poin terbesar dalam kariernya di kelas primer.
"Tujuannya adalah bertarung untuk dan memenangi gelar juara dunia, dan kami gagal. Kami tidak bisa gembira karenanya," Dovizioso mengungkapkan dilansir Crash. "Dan kami tidak bisa terlalu gembira karena kami sudah sedikit meningkat daripada sebelumnya."
Baca juga: Hore! Rossi Akhirnya Naik Podium Lagi |
"Tapi kami juga harus realistis karena musim ini gabungan Honda dan Marc melakukan sesuatu yang gila. Mereka mencetak rekor poin dan memenangi seluruh gelar," lanjut dia.
"Aku kecewa (kehilangan gelar tim) karena aku pernah melakukan wawancara di awal musim ini di mana aku mengatakan bahwa aku dan Danilo akan menjadi pasangan tertangguh. Sayangnya, Marca melakukan segalanya sendiri. Dia terlalu kuat untuk semuanya. Di hari yang buruk, dia finis kedua dan berjarak beberapa persepuluh detik."
"Tapi kalau Anda melihat klasemen, itu aneh. Marc membukukan rekor poin. Aku juga. Dan setelah aku, ada jarak 60 poin dari posisi ketiga. Jadi itu artinya pekerjaan kami cukup bagus," simpul Dovizioso.
(rin/raw)