Kobe Bryant dan Shaquille O'Neal adalah salah satu duo ikonik di NBA. Tapi di balik kemesraan due tersebut, juga tersimpan benih-benih kebencian.
Banyak duo ikonik di NBA seperti Tim Duncan-David Robinson, John Stockton-Karl Malone, Kobe-Shaq, dan Michael Jordan-Scottie Pippen. Tapi, satu duet paling ikonik tentu Kobe dan Shaq.
Kedatangan keduanya pada 1996 bisa dibilang jadi awal kebangkitan Lakers setelah terpuruk selama hampir sedekade. Sejak kali terakhir juara 1988, Lakers tak mampu bersaing setelah Magic Johnson mengidap HIV.
Kobe saat itu masih berstatus rookie usai lulus dari SMA, sementara Shaq direkrut cuma-cuma usai kontraknya bersama Orlando Magic habis. Meski demikian, jalan keduanya menuju tangga juara tidaklah mudah.
Mereka butuh empat tahun sebelum akhirnya bersama-sama membawa Lakers juara NBA. Tak cuma satu, duo Kobe-Shaq ini melajutkan Lakers sampai tiga kali menjadi juara hingga 2002.
Meski demikian, duet keduanya bukannya tanpa bumbu-bumbu pertikaian. Kobe dan Shaq dikenal punya kepribadian keras serta ego tinggi sehingga tak jaran kerap berseteru di dalam maupun luar lapangan.
Kobe yang mulai menanjak kariernya di Lakers dan jadi idola baru membuat Shaq merasa terpinggirkan, hingga akhirnya pindah ke Miami Heat pada 2004. Tapi, siapa sangka jika perpisahan itu justru meredakan ketegangan di antara Kobe dan Shaq.
Puncaknya ketika keduanya bersalaman dan berpelukan sebelum laga Lakers kontra Heat pada 16 Januari 2006. Bahkan sebulan kemudian, keduanya sudah saling bercanda dan tertawa lepas di laga All-Star.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kobe 'Black Mamba' Bryant |
Tapi, isu soal ketegangan antara kedua sempat mencuat lagi di awal musim 2007 ketika muncul berita bahwa Kobe-lah yang meminta Shaq untuk dilepas oleh Lakers tiga tahun sebelumnya. Kobe lantas membantah keras kabar tersebut.
Bagi Kobe, Shaq yang berusia enam tahun lebih tua, sudah menjadi mentor yang baik untuknya dan berperan besar hingga dirinya menjadi bintang besar.
"Kamu (Bryant) bilang kepada saya untuk membawa pulang trofi itu. Saya pulang dan memberikan itu kepada Shareef (anak Shaq). Setelah itu, saya sadar telah melakukan hal yang bodoh. Saya suka memperpanjang konflik memang. Kamu tahulah, saya 'kan jagonya bikin strategi pemasaran," ujar Shaq kepada Bryant di TNT dua tahun lalu.
"Namun, saya benar-benar kurang ajar kepada orang ini (menunjuk Bryant). Oleh karena itu, saya benar-benar minta maaf kepadamu. Terima kasih telah memberikan trofi itu karena Shareef menyukai itu. Dia mencintaimu dan saya mencintaimu karena itu."
Kini Shaq sudah pasti berlinang air mata karena tahu sahabat sekaligus rivalnya itu sudah pergi selama-lamanya. Kobe dan anaknya, Gianna, jadi korban tewas dalam kecelakaan helikopter di California, Senin (27/1/2020) dini hari WIB.
Baca juga: Mengenang Perjalanan Karier Kobe Bryant |
"Saya kehilangan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan atas tragedi ini. Gigi keponakanku dan Bryant saudara saya, saya mencintaimu dan akan merindukanmu. Belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga Bryant dan penumpang lainnya. Saya sangat terpukul", ujar Shaq di akun twitter-nya.
"Kobe Bryant lebih dari sekadar atlet. Ia adalah seorang family man. Itulah kesamaan kami. Saya akan memeluk anak-anaknya seperti mereka anak-anak saya, dan ia akan menyambut anak-anak saya seperti mereka adalah anaknya," tutup Shaq.
(mrp/cas)