Kabut Pekat di Lokasi Kecelakaan Kobe Bryant, Kenapa Helikopter Nekat Terbang?

Kabut Pekat di Lokasi Kecelakaan Kobe Bryant, Kenapa Helikopter Nekat Terbang?

Doni Wahyudi - Sport
Selasa, 28 Jan 2020 09:56 WIB
Meninggalnya Kobe Bryant menyisakan duka mendalam bagi para penggemar. Mereka berkumpul dan meletakkan karangan bunga duka cita di Staples Center, Los Angeles.
Kobe Bryant meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter pada minggu pagi waktu setempat (Keith Birmingham/The Orange County Register via AP)
California -

Kabut pekat turun di sekitar lokasi kecelakaan helikopter Kobe Bryant. Saksi mata menyebut menyetir mobil saja sangat sulit. Kenapa helikopter nekat terbang?

Meski belum ada kesimpulan apa penyebab utama kecelakaan helikopter yang menyebabkan kematian Kobe Bryant, kabut pekat yang turun di sekitar lokasi kejadian diyakini punya faktor pengaruh yang besar. Laporan cuaca di wilayah Kalifornia Selatan menyebut kabut tebal memang turun di Minggu pagi yang nahas itu.

Dikutip dari New York Times, cuaca di sekitar lokasi kecelakaan tengah memburuk. Bahkan lebih buruk dari kondisi standar di mana penerbangan masih diperbolehkan.

Kabut Pekat di Lokasi Kecelakaan Kobe Bryant, Kenapa Helikopter Nekat Terbang?Foto: AP Photo/Richard Vogel



Lalu kenapa helikopter yang dinaiki Kobe tetap terbang?

Meski cuaca tak bersahabat, helikopter sudah mendapat izin untuk terbang dari Orange County dan berputar di Burbank. Helikopter menerima apa yang disebut sebagai 'Special Visual Flight Rules clearance'.

Pilot diyakini memilih menunggu di udara sampai kabut hilang dan cuaca membaik. Itu didasari fakta bahwa helikopter berputar di area itu setidaknya enam kali dalam ketinggian rendah, 875 kaki (sekitar 266,7 meter).

Apakah pilot telah membuat keputusan yang tepat dengan meneruskan penerbangan saat kondisi buruk? itu menjadi salah satu hal yang diselidiki Komite Keselamatan Penerbangan Amerika Serikat.

[Lanjut ke Halaman Berikutnya: Kabut Pekat, Nyetir Mobil Saja Sulit]

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Bahkan helikopter milik L.A.P.D. tidak umum terbang dalam kondisi tersebut karena pilot dan petugas jarak pandang yang cukup saat melakukan patroli. Sementara saat peristiwa terjadi, jarak pandang sekitar 4 km.

"Seorang pilot bertanggung jawab untuk menentukan apakah aman untuk terbang dalam kondisi cuaca tertentu, atau kondisi cuaca yang diprediksikan akan terjadi," sahut seorang ofisial di NYTimes.

Demi menghindari kabut dan mendapat jarak pandang yang lebih baik, pilot sudah meminta izin untuk menaikkan ketinggian. Data penerbangan mencatat helikopter sempat melesat dari ketinggian 365 meter ke 609 meter. Namun sekitar pukul 09.45 pagi, pilot mengarahkan helikopter ke sebuah gunung di ketinggian 518 meter.



"Saya tidak bisa melihat apapun, bahkan siluet pun tidak terlihat," ucap Scott Deahlin, seorang saksi mata yang mendengar deru helikopter terbang rendah di atasnya.

Sementara saksi mata yang lain menyebut kondisi berkabut yang parah membuatnya kesulitan mengendarai mobil. Kabut sebenarnya umum terjadi di lokasi tersebut, tapi di minggu pagi itu, kabut lebih tebal dari biasanya.

"Pertama kali yang melintas di pikiran saya adalah, kenapa helikopter tendengar terbang sangat rendah. Sepertinya pilot tengah berputar, mencoba mencari jalan," lanjut Deahlin.

Kobe Bryant dan putrinya, Gianna, tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (26/1/2020) waktu setempat. Menjadi salah satu pemain terbaik yang pernah dipunya NBA, kepergian mendadak pria 41 tahun itu memunculkan duka mendalam hingga ke seluruh dunia.


Hide Ads