Piala Dunia 2018: Sejarah yang Berulang, Kutukan yang Tercabut

Piala Dunia 2018: Sejarah yang Berulang, Kutukan yang Tercabut

Kris Fathoni W - Sepakbola
Rabu, 18 Jul 2018 12:47 WIB
1.

Piala Dunia 2018: Sejarah yang Berulang, Kutukan yang Tercabut

Piala Dunia 2018: Sejarah yang Berulang, Kutukan yang Tercabut
Di Piala Dunia 2018 ada sejarah yang berulang dan kutukan yang tercabut (Foto: Mladen Antonov/AFP)
Jakarta - Dalam beberapa hal, Piala Dunia 2018 menghadirkan kisah tentang sejarah yang kembali berulang. Di sisi lain, ada pula cerita mengenai kutukan yang tercabut.

Piala Dunia 2018 sudah tuntas dihelat setelah bergulir pada 14 Juni-15 Juli. Prancis menjadi kampiun berkat kemenangan 4-2 atas Kroasia di partai puncak.


Dalam perjalanan tersebut, ada sejarah-sejarah yang kembali berulang. Tentang nasib juara bertahan, misalnya, seiring dengan kandasnya Jerman di fase grup Piala Dunia 2018.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, apa yang terjadi kepada Inggris dalam lajunya ke semifinal di Piala Dunia 2018 juga sudah membuat sebuah kutukan tercabut. The Three Lions telah mampu memenangi adu penalti.


Berikut rangkuman FIFA.com mengenai sejarah yang berulang dan kutukan yang tercabut sepanjang perhelatan Piala Dunia 2018:


- Juara bertahan dari Eropa tersingkir dini

Sejak memasuki milenium ini, belum pernah ada satu pun juara bertahan dari Eropa yang bisa melewati fase grup dalam usahanya mempertahankan gelar juara Piala Dunia.

Hal ini sudah menimpa Prancis (juara 1998), Italia (2006), Spanyol (2010), dan tahun ini Jerman yang harus rela tersingkir setelah menjadi juru kunci grupnya di Piala Dunia 2018.


- Argentina kembali hantui Nigeria

Dari enam edisi Piala Dunia yang diikuti Nigeria sejak debutnya tahun 1994, cuma satu kali mereka tidak berhadapan dengan Argentina. Dalam kelima pertemuannya dengan La Albiceleste, Elang Super selalu kalah.

Kelima pertemuan antara kedua tim di babak utama Piala Dunia juga selalu dimenangi Argentina dengan selisih satu gol. Tahun ini Marcos Rojo kembali mencetak gol penentu kemenangan Argentina atas Nigeria (2-1), seperti halnya empat tahun lalu (3-2).


- Meksiko mentok 16 besar

Tahun ini Meksiko tampil di babak utama Piala Dunia untuk kali ketujuh secara berturut-turut. Untuk kali ketujuh itu pula El Tri senantiasa bisa lolos dari fase grup ke babak 16 besar.

Akan tetapi, di babak itu pula Meksiko selalu mentok. Meksiko tak pernah bisa melewati babak 16 besar Piala Dunia selama tujuh edisi terakhir, mulai dari 1994.


- Derita tim Amerika Latin di Eropa

Empat besar Piala Dunia 2018 seluruhnya melibatkan tim-tim asal Eropa. Brasil dan Uruguay menjadi tim Amerika Latin yang paling lama bertahan sampai akhirnya kandas di perempatfinal.

Sudah 60 tahun berlalu semenjak ada tim Amerika Latin yang bisa menjadi kampiun Piala Dunia di benua Eropa (Brasil pada Piala Dunia 1958 di Swedia).


- Gelar juara Prancis

Prancis meraih titel keduanya di Piala Dunia, setelah kali pertama melakukannya pada tahun 1998. Dua dekade lalu, Les Bleus di antaranya punya kepala plontos Fabien Barthez sebagai jimat dan Stephane Guivarc'h si penyerang tanpa gol.

Tahun ini sejarah kembali berulang seiring dengan adanya kumis Adil Rami yang tampil sebagai jimat Prancis. Sementara Olivier Giroud juga tanpa gol seperti Guivarc'h, walaupun ia mampu menyumbang sebiji assist di Piala Dunia 2018.




- Kroasia akhirnya tembus fase gugur lagi

Kroasia finis ketiga dalam debutnya di Piala Dunia, setelah sebelumnya bernaung di bawah panji Yugoslavia, pada tahun 1998. Debut yang manis karena Vanetri bisa finis ketiga.

Akan tetapi, setelah itu Kroasia bak dikutuk karena tak pernah lagi bisa melewati fase grup Piala Dunia (2002, 2006, 2014). Mereka bahkan tak lolos sama sekali ke Piala Dunia pada tahun 2010.

Kutukan tersebut akhirnya tercabut di Piala Dunia 2018. Luka Modric cs lolos sebagai juara grup, dan kemudian menjalani dua laga dengan babak adu penalti plus satu partai sampai extra time dalam lajunya menjadi runner-up.


- Inggris patahkan kutukan adu penalti

Sebelum Piala Dunia 2018, Inggris sempat harus berurusan dengan kutukan selalu kalah dalam adu penalti di Piala Dunia. Hal itu sudah terjadi pada tiga edisi: 1990, 1998, 2006.

Pada partai pertamanya di fase gugur Piala Dunia 2018, Inggris kembali menghadapi hantu serupa setelah harus menjalani babak adu penalti lawan Kolombia di babak 16 besar.

Kali ini skuat Gareth Southgate berhasil memenangi adu penalti atas Kolombia. Kutukan Inggris dalam adu penalti pun terangkat di Piala Dunia 2018.


Hide Ads