70 ribu pekerja yang menyelesaikan pembangunan stadion di Afrika Selatan berhenti bekerja sejak hari Rabu (8/9/2009) pagi waktu setempat. Pemicunya adalah permintaan kenaikan gaji sebesar 13 persen gagal dipenuhi oleh pihak pengembang. Ada pun pengembang hanya menawarkan kenaikan sebesar 10.4 persen.
Serikat pekerja mengeluhkan bayaran sebesar 1,5 dolar AS (Rp 15.000) per jam. Sementara yang lainnya keberatan dengan upah 5 dolar AS (Rp 51 ribu) per minggu. Ada pun upah minimum di negara di ujung selatan benua Afrika itu sekitar 200 dolar AS (Rp 2 juta) per bulan.
"Ini benar-benar situasi yang menyedihkan. Kebanyakan orang berpikir bahwa pekerja harus berkorban karena ada resesi ekonomi. Padahal, para anggota kami juga terkena resesi," ujar negosiator dari serikat pekerja, Bhekani Ngcobo, seperti dilansir dari Yahoo Sports.
Kongres Persatuan Perdagangan Afsel, COSATU, mendukung aksi para pekerja. "Seperti halnya masyarakat lain, COSATU dan para pekerja konstruksi sangat bergairah menyambut Piala Dunia dan akan melakukan segalanya demi kesuksesan kejuaraan itu," demikian pernyataan COSATU.
"Namun kami tidak memberikan toleransi bila stadion-stadion itu dibangun oleh pekerja yang dibayar di bawah standar atau bekerja dalam kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang di bawah standar."
Pemogokan ini mengancam proses penyempurnaan pembangunan stadion Soccer City di Johannesburg, Green Point di Cape Town, dan Moses Mobhida di Durban.
FIFA menetapkan stadion-stadion itu harus siap paling lambat Desember tahun ini.
(roz/key)